Jumat, 22 September 2023

Bukti Mencintai Nabi Dengan Ittiba', Taat Dan Berpegang Teguh Dengan Petunjuknya





 

Bukti Mencintai Nabi Dengan Ittiba', Taat Dan Berpegang Teguh Dengan Petunjuknya

Cinta Butuh Bukti...Tidak Cukup Sekedar Diucapkan, Bersenandung Keras Di Masjid Bagai Syaithan Yang Tak Faham Adab, Gemar Merayakan Ulang Tahun/Natal Nabi Ataupun Perayaan Kematian Nabi 12 Rabi'ul Awwal
( الاحتفال بوفاة النبي محمد )


     Cinta itu bukan hanya sekedar klaim semata, tapi harus dengan bukti. Sebagaimana tatkala kita mengidolakan seseorang, maka akan berupaya untuk mengikuti ataupun mencontoh segala gerak-gerik ataupun perilakunya. Bahkan jika sangat cintanya maka model pakaian, gaya potong rambut dll akan berupaya ditirunya. Sehingga tidak usah jika ada orang Indonesia yang mengidolakan aktor, pemain bola dari luar negeri dll maka dengan bangga akan menirunya (termasuk cara berpakaian dll). Ini sebuah realita yang tak mungkin bisa dinafikan atau dibantah. Cinta jika tanpa bukti (bahkan enggan mengikutinya dan gemar menyelisihi Nabi) itu sama saja dengan dusta belaka atau "cinta gombal".

     Di antara bentuk cinta pada Nabi adalah ittiba’ (mengikuti), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Karena ketaatan kepada Nabi adalah buah dari kecintaan. Penyair Arab mengatakan :

لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعٌ

"Sekiranya cintamu itu benar niscaya engkau akan mentaatinya Karena orang yang mencintai tentu akan mentaati orang yang dicintainya.."

     Cinta kepada Nabi bukanlah dengan bersenandung keras melatunkan nasyid atau pun sya’ir yang indah, namun realitanya enggan mengikuti Sunnah beliau. Hakikat cinta pada Nabi adalah dengan mengikuti (ittiba’) setiap ajarannya dan mentaatinya. Semakin seseorang mencintai Nabinya maka dia juga akan semakin mentaatinya. Dari sinilah sebagian salaf mengatakan:

لهذا لما كَثُرَ الأدعياء طُولبوا بالبرهان ,قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ

"Tatkala banyak orang yang mengklaim mencintai Allah, mereka dituntut untuk mendatangkan bukti. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): ”Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imron: 31)

     Seorang ulama mengatakan :

لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبَّ وَلَكِن الشَّأْنُ أَنْ تُحَبْ

"Yang terpenting bukanlah engkau mencintai-Nya. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintaiNya."

     Allah sendiri telah menjelaskan bahwa siapa pun yang mentaati Rasul-Nya berarti dia telah mentaati-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا 

“Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 80)

     Allah Ta’ala juga berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”.” (QS. Ali Imron: 31)

    Rasulullah juga memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada ajarannya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits,

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“Berpegangteguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37)

     Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ

“Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Abu Daud no. 2970. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)

     Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :

اتَّبِعُوا، وَلا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ، كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ

“Ikutilah (petunjuk Nabi ), janganlah membuat bid’ah (ajaran palsu yang diada-adakan). Karena (ajaran Nabi) itu sudah cukup bagi kalian. Semua amalan yang tanpa tuntunan Nabi (baca: bid’ah) adalah sesat.”

     Itulah saudaraku di antara bukti dan hakekat seseorang mencintai Nabinya yaitu dengan mentaati, mengikuti dan meneladani setiap ajarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahukah Engkau Amalan Yang Disukai Imam Asy-Syafi'i di Malam dan Hari Jumat ?

  Tahukah Engkau Amalan Yang Disukai Imam Asy-Syafi'i di Malam dan Hari Jumat ? ✍🏻 قال الإمام الشافعي رحمه الله : وأحب كثرة الصلاة على...