Rabu, 13 Juli 2022

  HUKUM PENGGUNAAN PENGERAS SUARA TANPA ADAB




بسم الله الرحمن الرحيم


الحمد لله رب العالمين, والصلاة و السلام على نبينا محمد, عبدالله و رسوله وعلى اله و صحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم  الدين, و بعد :

     Wahai saudaraku kaum muslimin..ketahuilah kegaduhan akibat pengeras suara itu bisa mengganggu orang sholat, ibadah, belajar dll seperti halnya syaithon yang yang gemar mengganggu orang ibadah kepada Allah. Taatilah ulil amri (pemerintah/menteri agama/wakilnya) selama bukan perkara maksiat..sebagaimana Allah perintahkan dalam QS. An Nisa: 59.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’: 59).
     Banyak dalil yang melarang kita bersuara sangat keras terutama di masjid diantaranya:
(1) Banyak ayat dan hadits yang memerintah untuk memelankan suara dalam shalat, dzikir dan doa.
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ 
Artinya: “Dan ingatlah Robbmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’rof: 205).
(2) Nabi bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَيْسَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ
Artinya, “Wahai manusia, kasihanilah diri kalian dengan mengecilkan suara kalian saat berdoa. Sungguh kalian tidak memanggil zat yang tuli dan yang gaib. Sungguh kalian memanggil Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat. Allah bersama kalian.” (HR Muslim).
Ayat dan hadits seperti ini secara eksplisit memerintahkan agar orang memelankan suara dalam shalat, dzikir dan doa.
(3) Dari Shahabat Abu Sa’id Al-Khudhri rodhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُونَ بِالْقِرَاءَةِ فَكَشَفَ السِّتْرَ وَقَالَ أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ أَوْ قَالَ فِي الصَّلَاةِ
“Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di masjid, lalu beliau mendengar mereka (para shahabat) mengeraskan bacaan (Al-Qur’an) mereka. Kemudian beliau membuka tirai sambil bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya kalian sedang berdialog dengan Robb kalian. Oleh karena itu, janganlah sebagian kalian mengganggu sebagian yang lain, dan jangan pula sebagian yang satu mengeraskan terhadap sebagian yang lain di dalam membaca Al-Qur’an” atau beliau mengatakan, “atau dalam shalatnya.”” (HR. Abu Dawud no. 1332, shahih)
(4) Banyak riwayat shahabat yang melarang suara keras di masjid. Umar bin Khoththob memberi teguran keras kepada dua orang Tho’if yang melantangkan suara di masjid Nabawi. Umar berkata:

لَوْ كُنْتُمَا مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ لَأَوْجَعْتُكُمَا تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Kalau kamu berdua berasal dari penduduk negeri ini, tentu aku mendera kamu berdua; kamu telah mengeraskan suara di masjid Rosulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam.” (HR. Bukhori).
(5) Mengganggu orang lain hukumnya tidak boleh, baik secara nash maupun ijma' ulama. Nabi bersabda: 
مَنْ ضَارَّ أَضَرَّ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ شَاقَّ شَاقَّ اللَّهُ عَلَيْهِ
“Siapa saja yang mengganggu orang lain maka Allah akan mengganggunya; dan siapa saja yang memberatkan orang lain maka Allah akan memberatkannya." (HR Ibnu Majah dan ad-Daraquthni).
Penggunaan pengeras suara luar bisa mengganggu konsentrasi sholat, ibadah dan aktifitas orang lain, kenyamanan orang yang sedang istirahat, dan orang yang sedang sakit.
(6) Penggunaan pengeras suara luar untuk menyampaikan nasehat dan bacaan Al-Qur'an bisa menjadi pintu masuk menuju riya dan sum’ah (pamer dan mencari popularitas) yang justru dilarang agama. Nabi bersabda:
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ الله بِهِ، وَمَنْ يُرَائِي يُرائِيَ اللهُ بِهِ
“Siapa saja yang pamer (amal agar didengar orang) maka Allah akan memamerkan keburukannya; dan siapa saja yang (amal agar dilihat orang), maka Allah akan memperlihatkan keburukannya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
(7) Kaidah dar’ul mafâsid muqoddamun ‘alâ jalbil masholih atau menghindari kerusakan harus didahulukan daripada mendatangkan kemaslahatan. Penggunaan pengeras suara luar meskipun juga membawa kemaslahatan, seperti memperdengarkan nasehat dan bacaan Al-Qur'an, bila sampai mengganggu istirahat orang banyak, orang-orang yang sedang sakit dan semisalnya, maka harus dibatasi, sebagaimana kaidah ini. 
Kesimpulan:
1) Bila mengganggu orang lain maka hukumnya haram, meskipun yang terganggu hanya sedikit.
2) Bila tidak mengganggu orang lain, maka hukumnya adalah khilafus sunnah atau tidak berkesesuaian dengan sunnah, sebab syariat tidak menyunahkan mengeraskan suara dalam ibadah dan doa sehingga menggangu orang lain.
     Ingatlah di Akhirat ada Yaumul Hisab. Takutlah jika mendapat doa laknat dari orang-orang yang ibadahnya merasa terganggu atau terzholimi akibat penggunaan pengeras suara yang tanpa adab. Jangan sampai kita di Akhirat termasuk golongan orang yang bangkrut karena waktu di dunia gemar menzholimi 'abdi Allah ataupun mendapat balasan amal (karma) dari Allah. Sesungguhnya Allah Hakim yang Maha Adil. Laa haula wa laa quwwata illa billah..


Larangan Berbuat Zholim 

     Perbuatan zholim dilarang dalam Islam. Terdapat banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi Sholallahu’alaihi Wasallam yang mencela dan melarang perbuatan zholim. 
     Allah Ta’ala berfirman:

أَلاَ لَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zholim” (QS. Hud: 18).

وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ 

Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zholim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras” (QS. Hud: 102).

نَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّتِي كُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ 

Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zholim: “Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu”” (QS. Saba: 40).

مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ 

Orang-orang yang zholim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya” (QS. Ghafir: 18).

إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ 

“Sesungguhnya orang-orang yang zholim itu tidak mendapat keberuntungan” (QS. Al An’am: 21).
     Adapun dalil-dalil dari As Sunnah, Nabi Shollallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قال الله تبارك وتعالى: يا عبادي، إني حرمت الظلم على نفسي، وجعلته بينكم محرمًا؛ فلا تظالموا

Allah Tabaaraka wa ta’ala berfirman: ‘wahai hambaku, sesungguhnya aku haramkan kezholiman atas Diriku, dan aku haramkan juga kezholiman bagi kalian, maka janganlah saling berbuat zholim’” (HR.  Muslim no. 2577).
     Beliau juga bersabda: 

اتَّقوا الظُّلمَ . فإنَّ الظُّلمَ ظلماتٌ يومَ القيامةِ

“Jauhilah kezholiman karena kezholiman adalah kegelapan di hari qiyamat” (HR. Al Bukhori no. 2447, Muslim no. 2578).
     Beliau juga bersabda:

المسلم أخو المسلم، لا يظلمه، ولا يسلمه

“Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzholiminya dan tidak boleh menelantarkannya” (HR. Muslim no. 2564).
     Dan dalil-dalil yang mencela dan melarang perbuatan zholim datang dalam bentuk muthlaq, sehingga perbuatan zholim dalam bentuk apapun dan kepada siapa pun terlarang hukumnya. Bahkan kepada orang kafir dan kepada binatang sekalipun, tidak diperkenankan berbuat zholim.
     Allah dan Rosul-Nya melarang kezholiman dalam bentuk apapun. Dan wajib untuk berbuat adil dalam segala sesuatu, Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (QS. Al Maidah: 8).


Akibat Perbuatan Zholim

     Perbuatan zholim bisa menyebabkan pelakunya mendapat keburukan di dunia dan di akhirat. Diantaranya:
(1) Akan di-qishosh pada hari Qiyamat
     Dari Abu Huroirah rodhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya:

أتدرون ما المفلِسُ ؟ قالوا : المفلِسُ فينا من لا درهمَ له ولا متاعَ . فقال : إنَّ المفلسَ من أمَّتي ، يأتي يومَ القيامةِ بصلاةٍ وصيامٍ وزكاةٍ ، ويأتي قد شتم هذا ، وقذف هذا ، وأكل مالَ هذا ، وسفك دمَ هذا ، وضرب هذا . فيُعطَى هذا من حسناتِه وهذا من حسناتِه . فإن فَنِيَتْ حسناتُه ، قبل أن يقضيَ ما عليه ، أخذ من خطاياهم فطُرِحت عليه . ثمَّ طُرِح في النَّارِ

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”. Para shahabat pun menjawab, ”Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda”. Nabi bersabda, ”Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzholimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak kezholimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terzholimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 2581).
Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Siapa yang pernah berbuat aniaya (zholim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari qiyamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya”. (HR. Al-Bukhari no. 2449).
(2) Mendapatkan laknat dari Allah
     Allah Ta’ala berfirman:

يَوْمَ لا يَنفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ 

“(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zholim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk” (QS. Ghafir: 52).
Laknat dari Allah artinya dijauhkan dari rohmat Allah atau dijauhkan dari Jannah.
(3) Mendapatkan kegelapan di hari qiyamat
     Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ

“Kezholiman adalah kegelapan pada hari qiyamat” (HR. Al Bukhari no. 2447, Muslim no. 2578).
(4) Terancam oleh doa orang yang dizholimi
     Doa orang yang terzholimi dikabulkan oleh Allah, termasuk jika orang yang terzholimi mendoakan keburukan bagi yang menzholiminya. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

“Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzholimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” (HR. Bukhori no.1496, Muslim no.19).
(5) Jauh dari hidayah Allah
     Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ 

Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim” (QS. Al Maidah: 51).
(6) Dijauhkan dari Al Falah
     Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang zholim tidak akan mendapatkan al falah” (QS. Al An’am: 21).
Al falah artinya mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat
(7) Kezholiman adalah sebab bencana dan petaka
     Allah Ta’ala berfirman:

فَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ

“Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zholim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi” (QS. Al Hajj: 45).


Tuntunan atau Pedoman Penggunan Pengeras Suara Di NKRI

     Dan telah ada tuntunan penggunaan pengeras suara berdasarkan Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor: Kep/D/101/1978 tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar dan Mushalla yang diperbarui adanya Surat Edaran Menteri Agama SE 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.
Aturan yang dibuat umaro' tersebut wajib kita taati selama bukan perkara maksiat.


Penutup


     Allah Ta'ala berfirman:

قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Allah berfirman, "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang shodiq dari kejujuran mereka. Bagi mereka Jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho terhadap Allah. Itulah kemenangan yang agung." (QS. 5 Al-Maidah: 119).
     Imam Muhammad bin Ali asy-Syaukany rohimahullah berkata:

«إن الباطل وإن ظهر على الحق في بعض الأحوال وعلاه، فإن الله سيمحقه ويبطله ويجعل العاقبة للحق وأهله»

"Sesungguhnya kebathilan walaupun mengalahkan kebenaran pada sebagian keadaan dan mengunggulinya, maka sesungguhnya Allah pasti akan melenyapkan dan menghancurkannya serta menjadikan kesudahan yang baik bagi kebenaran dan orang-orang yang mengikutinya."

رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ

"Ya Robb-ku, berilah keputusan dengan adil. Dan Robb kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kalian katakan.”

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين




Blora, 13 Dzulhijjah 1443 H/ 13-07-2022M



Hazim Al Jawiy



























Jumat, 01 Juli 2022

LOYAL DAN BENCI KARENA ALLAH VS HAWA NAFSU (tulisan bagian 3)


Bab IX. Syubhat dan Bantahannya


1. Argo cs berkata: "Aku bukan anakmu, jangan minta aku patuh kepadamu."
Bantahan:
(1) Amar ma'ruf nahi munkar itu wajib bukan hanya ditujukan kepada anak kita saja tapi terhadap siapapun yang berbuat mungkar, termasuk kepada raja atau pun kepada penguasa jika memang mampu (dengan catatan tidak boleh memberontak ataupun memerangi). Perkara ini sudah sangat jelas bagi orang-orang yang jujur dan berakal sehat.
(2) Silahkan jawab dengan jujur, "kenapa ketika ada orang yang selingkuh, berzina dalam keadaan saling suka, mengkonsumsi narkoba, korupsi dll..boleh diingkari? Apa yang boleh mengingkari hanya ibu bapak si pelaku saja???"
(3) Ketahuilah orang sengaja meninggalkan sholat tanpa udzur itu dosanya lebih besar dan hina daripada dosa zina ataupun selingkuh. Jika ada orang zina atau selingkuh saja banyak yang mengingkari keras, kenapa orang yang meninggalkan sholat dianggap hal biasa dan tidak boleh diingkari.??
(4) ketika orang bermaksiat maka orang tersebut berarti patuh ajakan syaithon, apa syaithon lebih berhak untuk ditaati daripada memenuhi ajakan orang yang mengajak taat kepada Allah??
Ini termasuk kedunguan dan kedustaan syaithon pak Jenggot cs.
2. Syubhat: "Menjadi orang itu jangan menyelisihi umume wong karena kita hidup bermasyarakat. Jika waktunya sekolah maka sekolah. Jika waktunya khitan maka khitan. Jika waktunya menikah maka menikah. dst."
Bantahan:
(1) Agama Allah itu dibangun di atas dalil sesuai pemahaman Salaful Ummah dan tidak mengikuti umumnya orang ataupun persangkaan semata. Allah berfirman:

وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ 

"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan." (QS. Al An'am:116).
(2) Terkait khitan itu hukumnya baru diwajibkan jika sudah baligh. Para Shahabat Nabi pun mayoritas khitan menjelang baligh dan tidak mengadakan walimah khitan ataupun buwohan. Dan khitan itu insya Allah tidak diwajibkan bagi orang yang lahir dalam keadaan sudah terkhitan atau semisal. Jika memang sudah tidak ada bagian yang perlu dikhitan, bagian mana yang mau dikhitan??
(3) Jika mereka memang jujur dengan prinsipnya..ketika sudah waktunya sholat Jum'at, waktunya membaca Al Qur'an, waktunya sholat 5 waktu, waktunya amar ma'ruf nahi mungkar dst, kenapa tidak segera dikerjakan.??? padahal sudah wayahe.
(4) Dalam ilmu sosiologi pun mengakui bahwa agama termasuk unsur budaya. Sebaliknya budaya bukan unsur dari agama. Karena agama merupakan segala sesuatu yang didapat atau bersumber dari Al Kholiq, sedangkan kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan atau produk (cipta, rasa, karsa) dari manusia (makhluq). Sehingga ketika ada pertentangan maka agama Islam yang bersumber dari Al Kholiq itu lebih berhak dan wajib didahulukan daripada budaya/adat yang diciptakan atau produk (cipta, rasa, karsa) dari makhluq.
3. Syubhat Argo cs berkata:
 
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."
Bantahan: Jangan memahami ayat mengikuti hawa nafsu. Ketahuilah ayat tersebut itu bukan dalil larangan untuk amar ma'ruf nahi munkar. Tapi ayat tersebut itu dalil agar kita berlepas diri dari orang-orang kafir ataupun orang musyrik yang mengajak berbuat syirik.
4. Syubhat pak Jenggot cs berkata: "ini bukan urusanmu!"
Bantahan:
(1) pak Jenggot cs mengatakan hal itu mendapat wahyu dari mana? Apa dari syaithon??
(2) Ketahuilah ucapan Nabi lebih berhak kita taati daripada ucapan syaithon dungu dan menyesatkan semisal pak Jenggot cs. Sedang Nabi yang mendapat wahyu dari Allah dalam sebuah hadits:

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Keterangan hadits
- man ro-a: siapa yang melihat, maknanya adalah siapa yang mengetahui, walaupun tidak melihat secara langsung, bisa jadi hanya mendengar berita dengan yakin atau semisalnya.
- munkaron: segala yang dilarang oleh Allah dan Rosul-Nya shollallahu ‘alaihi wa sallam, pelakunya diingkari untuk melakukannya. Kemungkaran di sini disyaratkan: (1) jelas kemungkaran yang disepakati oleh pihak yang mengingkari dan yang diingkari; atau (2) orang yang diingkari punya hujah yang lemah.
- minkum: yang dilihat dari kaum muslimin yang sudah mukallaf (yang sudah dikenai beban syariat).
- fal-yughok yyirhu biyadihi: maka hendaklah mengubah dengan tangannya. Contoh, seseorang yang punya kuasa–misal: ayah pada anak–, ia melihat anaknya memiliki alat musik (tentu tidak boleh digunakan), maka ayahnya menghancurkannya.
- fainlam yas-tathi’ fa bi lisaanih: jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Yang mengingkari tetap bersikap hikmah dengan tetap melarang. Mengingkari dengan lisan termasuk juga mengingkari dengan tulisan.
fabi-qolbihi: mengingkari dengan hatinya, yaitu menyatakan tidak suka, benci, dan berharap tidak terjadi.
- adh‘aful imaan: selemah-lemahnya iman, yaitu menandakan bahwa mengingkari dalam hati itulah selemah-lemahnya iman dalam mengingkari kemungkaran. Sehingga jika hatinya tidak mengingkari kemungkaran maka menandakan tiada iman (bisa kafir).
(3) Imam Ahmad berkata, "Manusia itu membutuhkan sikap lemah lembut (mudaaroh) dan lemah lembut ketika diingatkan pada kebaikan dan kemungkaran. Hal yang dikecualikan adalah orang yang terang-terangan dalam kefasikan, maka ia tidak dimuliakan.."
(4) Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma’ruf nahi mungkar itu wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya.
(5) Setiap rosul yang Allah utus dan setiap kitab yang Allah turunkan, semuanya mengajarkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Yang dimaksud ma’ruf adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah.
Yang dimaksud mungkar adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dibenci dan dimurkai oleh Allah.
(6) Meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar adalah sebab datangnya hukuman dunia sebelum hukuman di akhirat. Janganlah menyangka bahwa hukuman meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar bukan hanya menimpa orang yang zholim dan pelaku maksiat, namun boleh jadi juga menimpa manusia secara keseluruhan.


Bab X. Allah Hakim yang paling adil dan tidak mungkin salah.

     Allah Ta'ala berfirman:

[  ] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rosul, serta ulil amri diantara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rosul-Nya. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59).
     Allah berfirman:

وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيْهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهٗٓ اِلَى اللّٰهِ ۗذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبِّيْ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُۖ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ 

"Dan apa pun yang kamu perselisihkan padanya tentang sesuatu, maka keputusannya (terserah) kepada Allah. (Yang memiliki sifat-sifat demikian) itulah Allah Robb-ku. Kepada-Nya aku bertawakkal dan kepada-Nya aku kembali." (QS. Asy Syuro: 10).
Allah Ta'ala berfirman:

  قَالَ رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ ࣖ

"Dia berkata, “Ya Robb-ku, berilah keputusan dengan adil. Dan Robb kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kamu katakan.”  (QS. An Anbiya':112).
     Allah Ta'ala berfirman:

اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ

"Bukankah Allah hakim yang paling adil?" (QS. At Tin: 8).
     Ayat terakhir surah At-Tin (ayat 8), yang artinya adalah “Bukankah Allah hakim yang paling adil?” sudah pasti tentu, setelah adanya keterangan - keterangan (bukti) tersebut dari surah At-Tin ayat 4, 5, 6, dan 7, Allah adalah hakim yang sangat-sangat adil di dunia dan maupun di akhirat, dibandingkan dengan hakim manusia. Allah sudah menciptakan kita dengan bentuk yang sebaik baiknya, Allah akan mengembalikan makhluk-Nya ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) bagi orang yang tidak taat kepada-Nya, dan Allah tidak akan mengembalikan makhluk-Nya ke neraka bagi orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan.
Dan pengadilan yang paling adil adalah nanti di Akhirat, khususnya pada saat hari perhitungan yaitu (Yaumul Hisab) tidak akan ada seorang pun yang bisa mendustakan Allah saat itu. Jadi sudah pasti Allah adalah hakim yang paling adil baik di dunia maupun di Akhirat.
    Allah juga sebaik-baik pemberi balasan karma (amal)..karma baik ataupun karma buruk di dunia ataupun di Akhirat. Dialah Allah 'Azizun Hakim. Laa haula wa laa quwwata illa billah.



Penutup


     Allah Azza Ta'ala berfirman:

قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Allah berfirman, "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang shodiq dari kejujuran mereka. Bagi mereka Jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho terhadap Allah. Itulah kemenangan yang agung." (QS. 5 Al-Maidah: 119).

     Imam Muhammad bin Ali asy-Syaukany rohimahullah berkata:

«إن الباطل وإن ظهر على الحق في بعض الأحوال وعلاه، فإن الله سيمحقه ويبطله ويجعل العاقبة للحق وأهله»

"Sesungguhnya kebathilan walaupun mengalahkan kebenaran pada sebagian keadaan dan mengunggulinya, maka sesungguhnya Allah pasti akan melenyapkan dan menghancurkannya serta menjadikan kesudahan yang baik bagi kebenaran dan orang-orang yang mengikutinya."

رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ

"Ya Robb-ku, berilah keputusan dengan adil. Dan Robb kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kalian katakan.”

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين





Jum'at, 1 Dzulhijjah 1443/01-07-2022 M



Hazim Al Jawiy








Catatan untuk Argo:
(1) tulisan ini boleh ditanyakan kepada bapak menteri Agama,
(2) tulisan ini boleh dituntut di pengadilan,
(3) Argo dan pak Jenggot cs boleh minta bantuan para kyai ataupun para ustadz Salafiyyah untuk membantah tulisan ini jika memang sanggup untuk membantahnya,
(4) Argo dan pak Jenggot cs silahkan jika ingin membuat tulisan serupa,
(5) sebagai mukmin insya Allah diriku selalu ridho untuk berhakim kepada Allah 'Azizun Hakim..yang Maha Benar, Maha Adil dan tidak mungkin salah..di dunia ataupun Akhirat.
(6) terkait Argo sakit hati, insya Allah dia kuizinkan untuk qishosh/membalas sakit hatinya 1 jam/hr sampai sakit hatinya hilang. Misal sampai 7 th ke depan tiada masalah..insya Allah aku akan bersikap menjadi pendengar yang baik.
(7) Insya Allah sebagai bukti aku marah/mencela Argo karena Allah..jika Argo butuh bantuan, selama tiada udzur syar'i insya Allah aku akan tetap bersedia bantu.
     Setiap Taqdir Allah insya Allah terdapat hikmah yang Agung dan Sempurna..wa Alhamdulillah.


Tammat..

LOYAL DAN BENCI KARENA ALLAH VS HAWA NAFSU (tulisan bagian 2)


 Bab VI. Kewajiban Amar Ma'ruf Nahi Munkar


     Allah Ta’ala berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
      Sebagian ulama salaf mengatakan, “Mereka bisa menjadi umat terbaik jika mereka memenuhi syarat (yang disebutkan dalam ayat di atas). Siapa saja yang tidak memenuhi syarat di atas, maka dia bukanlah umat terbaik.”
     Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma’ruf nahi mungkar itu wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya. Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya, begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga maksudnya yang Allah dan Rasulnya perintahkan tercapai. Allah Ta’ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 2)
     Setiap rosul yang Allah utus dan setiap kitab yang Allah turunkan, semuanya mengajarkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Yang dimaksud ma’ruf adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah.
Yang dimaksud mungkar adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dibenci dan dimurkai oleh Allah.
     Meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar adalah sebab datangnya hukuman dunia sebelum hukuman di akhirat. Janganlah menyangka bahwa hukuman meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar bukan hanya menimpa orang yang zholim dan pelaku maksiat, namun boleh jadi juga menimpa manusia secara keseluruhan.
     Dalam sebuah hadits:

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

"Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).

Faedah hadits
Pertama: Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan siapa saja yang melihat kemungkaran untuk mengubahnya sesuai kemampuan.
Ibnu Rojab Al-Hambali rohimahullah berkata, “Pengingkaran dengan lisan dan tangan wajib dilakukan dengan melihat pada kemampuan.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:245)
Kedua: Tidak boleh melarang kemungkaran sampai diyakini hal itu kemungkaran, di mana dilihat dari dua tinjauan:
(1) perbuatan yang dilakukan diyakini mungkar,
(2) perbuatan tersebut dianggap sebagai kemungkaran oleh pelaku. Karena ada sesuatu termasuk kemungkaran, namun pelaku tidak memasukkannya sebagai kemungkaran.
Contoh: Makan dan minum siang hari bulan Ramadhan adalah kemungkaran. Namun ada orang yang sakit boleh saja dia makan, atau ia termasuk musafir boleh saja ia tidak berpuasa.
Ketiga: Kemungkaran harus dinilai sebagai kemungkaran oleh yang mengingkari dan pelaku yang diingkari. Jika perkara yang diingkari adalah perkara khilafiyah (masih ada beda pendapat), tidak ada pelarangan kemungkaran pada orang yang mengira bahwa hal itu tidak termasuk kemungkaran.
Contoh: Kita melihat ada seseorang yang memakan daging unta, setelah itu ia langsung shalat. Yang ia lakukan tidak perlu diingkari. Masalah ini masuk dalam perkara silang pendapat. Sebagian ulama menyatakan, wajib berwudhu ketika memakan daging unta. Sebagian ulama mengatakan tidaklah wajib berwudhu. Namun, jika ingin membahas hal ini dan ingin menjelaskan kebenaran, tidaklah masalah.
Keempat: Apakah mengubah dengan tangan dilakukan untuk setiap keadaan? Jawabannya, tidak. Jika ada masalah, kita tidak perlu melarang kemungkaran dengan tangan. Kerusakan yang besar bisa saja terhindar, caranya dengan menerjang kerusakan yang lebih ringan.
Contoh: Ada yang melihat kemungkaran pada pemerintah. Kalau ia mengubahnya dengan tangannya, ia sebenarnya mampu. Namun, jika itu ditempuh, kerusakan akan terjadi. Kerusakan tersebut bisa jadi pada orang yang mengingatkan, pada keluarganya, pada orang-orang dekatnya yang mendukung dakwahnya. Jika kita takut kerusakan seperti itu, kemungkaran yang terjadi tak perlu diingkari. Hal ini sama maknanya dengan ayat,

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. Al-An’am: 108)
Kelima: Tangan adalah aalatul fi’li (organ untuk berbuat) sehingga disebutkan dalam hadits ubahlah dengan tangan. Oleh karena itu, perbuatan seseorang disandarkan pada tangannya seperti ayat,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syuro: 30)
Keenam: Ajaran Islam itu tidak ada kesulitan. Kewajiban itu tetap melihat pada kemampuan seseorang (istitho’ah).
Ketujuh: Jika seseorang tidak mampu mengubah kemungkaran dengan tangan, ia mengubahnya dengan lisan. Jika tidak bisa dengan lisan, ia mengubahnya dengan hati. Bentuk mengubah dengan hati adalah tidak suka dan bertekad saat memiliki kemampuan akan mengubahnya dengan lisan atau dengan tangan.
     Ulama lain menyebutkan bahwa mengingkari kemungkaran dalam hati dengan cara:
(1) Benci akan kemungkaran tersebut.
(2) Berpindah dari tempat kemungkaran tadi.
     Ibnu Rojab Al-Hambali rohimahullah  mengatakan, “Pengingkaran suatu kemungkaran dengan hati adalah wajib bagi setiap muslim dalam segala keadaan. Adapun pengingkaran dengan tangan dan lisan dipandang dari kemampuan.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:246)
Kedelapan: Hati juga memiliki amalan. Hadits di atas menyebutkan, ubahlah dengan tangan, selanjutnya menyebutkan ubahlah dengan hati.
Kesembilan: Iman itu terdiri dari amal dan niat. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan dalam mengubah kemungkaran ada amal dan niat. Mengubah kemungkaran dengan tangan termasuk amal. Mengubah kemungkaran dengan lisan termasuk amal. Mengubah kemungkaran dengan hati termasuk dalam niat.
Kesepuluh: Kemungkaran diingatkan dengan cara yang halus dan lemah lembut. Sufyan Ats-Tsauri mengatakan,

لاَ يَأْمُرُ بِالمَعْرُوْفِ وَيَنْهَى عَنِ المُنْكَرِ إِلاَّ مَنْ كَانَ فِيْهِ خِصَالٌ ثَلاَثٌ : رَفِيقٌ بِمَا يَأْمُرُ ، رَفِيْقٌ بِمَا يَنْهَى ، عَدْلٌ بِمَا يَأْمُرُ ، عَدْلٌ بِمَا يَنْهَى ، عَالِمٌ بِماَ يَأْمُرُ ، عَالِمٌ بِمَا يَنْهَى

“Hendaklah memerintah pada yang makruf dan melarang dari kemungkaran dengan tiga hal:
(1) Lemah lembut ketika memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar.
(2) Bersikap adil ketika memerintah dan melarang.
(3) Berilmu pada apa yang akan diperintahkan dan yang akan dilarang.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:256)
     Ibnu Rojab Al-Hambali menyebutkan perkataan Imam Ahmad berikut ini,

وقال أحمد : النّاسُ محتاجون إلى مداراة ورفق الأمر بالمعروف بلا غِلظةٍ إلا رجل معلن بالفسق ، فلا حُرمَةَ له ، قال : وكان أصحابُ ابن مسعود إذا مرُّوا بقومٍ يرون منهم ما يكرهونَ ، يقولون : مهلاً رحمكم الله ، مهلاً رحمكم الله .

“Imam Ahmad berkata, ‘Manusia itu membutuhkan sikap lemah lembut (mudaaroh) dan lemah lembut ketika diingatkan pada kebaikan dan kemungkaran. Hal yang dikecualikan adalah orang yang terang-terangan dalam kefasikan, maka ia tidak dimuliakan. Para murid Ibnu Mas’ud jika melewati sekelompok orang yang mereka pandang sedang berbuat jelek, mereka mengatakan, ‘Tak perlu tergesa-gesa, tak perlu tergesa-gesa, semoga Allah merohmati kalian.’” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:256)
     Dilanjutkan oleh Imam Ibnu Rojab, Imam Ahmad rohimahullah berkata,

يأمر بالرِّفقِ والخضوع ، فإن أسمعوه ما يكره ، لا يغضب ، فيكون يريدُ ينتصرُ لنفسه .

“Perintah lemah lembut dan halus tetap ada walaupun sedang mendengar kemungkaran yang tidak disukai. Saat itu, janganlah dahulukan emosi. Itulah orang yang disebut meraih kemenangan pada momen tersebut.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:256)


Bab VII. Ghibah Yang Dibolehkan Secara Ijma'

     Ghibah diperbolehkan apabila untuk mencapai tujuan yang dibenarkan syara', dimana tujuan itu tidak akan tercapai kecuali dengan jalan ghibah. Imam Nawawi menyebutkan ghibah diperbolehkan dalam 6 hal:
1. Untuk mengadukan perbuatan zhalim kepada penguasa atau wali hakim.
Ini dilakukan bila seseorang yakin bahwa penguasa tersebut mampu menghentikan kezaliman yang sedang terjadi. Misalnya, seseorang mengatakan: "Si Fulan telah menganiaya dan menyakiti saya". Maka, tindakan ini dibolehkan dan tidak ada dosa padanya.
2. Minta tolong untuk mengubah kemungkaran dan mengembalikan ke jalan yang benar.
Ghibah dalam kondisi ini adalah ketika seorang Muslim meminta tolong kepada orang lain yang diharapkan mampu mengubah kemaksiatan. Misalnya "Si fulan berbuat begini" dan lain sebagainya dengan maksud melenyapkan kemungkaran.
3. Meminta kepastian hukum atau fatwa
Misalnya, seorang wanita berkata kepada ulama,"Suami saya telah memukul dan menzalimi saya. Bagaimana hukumnya?" Maka, hal tersebut dibolehkan dalam Islam karena bukan termasuk mengumbar aib seseorang.
4. Memperingatkan atau menasehati kepada kaum muslimin agar tidak terjerumus dalam kejahatan.
5. Menyebutkan keburukan ahli maksiat atau ahli bid’ah.
Ini dilakukan supaya kaum Muslimin terhindar dari keburukan tersebut. Misalnya, ada tokoh yang menganjurkan pacaran, zina dan lain sebagainya yang bertujuan menyesatkan umat Muslim.
6. Memberi penjelasan atau pengertian, misalnya ada seseorang yang lebih dikenal denan gelar: "si Buta, si Tuli, si Bisu" dan lain sebagainya.
Seperti juga pak jenggot, pak kumis dll.

Bab VIII. Kisah Pertemanan karena Allah Vs Hawa Nafsu

     Berikut ini insya Allah berisi ringkasan kisah sebuah pertemanan di kehidupan nyata, tapi sengaja aku bercerita dengan menggunakan nama samaran..semoga ada ibroh yang bisa diambil.

1. Kembali ke kampung halaman dan makar pak Jenggot.
     Pada tahun 2010 M setelah diriku lulus kuliah dan belajar agama di ponpes Salafiyyah beragam Versi selama 7 tahun, maka diriku kembali ke kampung halaman. Untuk mengamalkan wasiat Nabi, maka diriku pun memelihara beberapa kambing. Keadaan keluargaku menjadi berubah atau sering ribut sejak kehadiran pak Jenggot dan syaithon Saif dari aliran jam'iyyah Salafiyah. Dirinya terbukti telah dusta dan khianat karena sebelum meminang saudariku, diriku mengajukan 3 syarat yaitu (1) tidak menikah di Blora, (2) tidak tinggal di kampung sini dan (3) harus mandiri (tidak menambah beban keluargaku). Jika dirinya tidak menyanggupi, maka tentu pinangan aku tolak. Dia pun menyanggupi. Karena waktu itu diriku masih husnuzhon terhadapnya..maka cukuplah Allah sebagai saksi.
     Setelah terbukti dusta dan khianat (yang mana dusta dan khianat bukan tabiat seorang mukmin) serta mendakwahkan kebathilan dan kesesatan maka keluargaku sering ribut sesuai Taqdir Allah. Dirinya gemar mencari muka di hadapan bapakku ketika masih hidup..tapi lain hal ketika bapakku berada di rumah sakit maka diriku yang setiap hari mengurus sapi bapakku dan jika malam kembali berjaga di rumah sakit. Yang sering membantu aku adalah Qudaim kecil. Sedang pak jenggot sering klontang-klantung di rumah dan tidak bekerja..bahkan juga libur kerja jualan sari kedelai. Setelah bapakku meninggal dunia maka dia kehilangan perisai yang cukup diandalkan. Itu latar belakang permusuhanku dengan syaithon pak Jenggot dan syaithon pendusta Saif yang keduanya sama-sama pernah belajar ilmu sihir (sebagaimana pengakuan dari Saif sendiri).
     Sebagaimana umumnya para syaithon walau tidak mampu mendatangkan burhan (hujjah dan kalam Salaf), maka 2 syaithon pendusta dari bangsa manusia ini pun tidak ridho dan enggan diajak berhakim kepada Allah 'Azizun Hakim. Dan telah Allah tetapkan bahwa para syaithon itu musuh bagi orang-orang mukmin. Mereka mengajak kepada kesesatan dan maksiat kepada Allah. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

2. Pertemuan dengan Argo awal pertemanan.
     Pada tahun 2011 M diriku sering melihat Argo ketika dirinya nyelep padi di rumahku. Walau sedikit pangkling, diriku masih mengenali tanda wajah kecilnya. Tapi yang kuherankan waktu itu dia tidak pernah menyapaku. Diriku juga pernah minta bapakku pesan dedak ke Argo juga tidak pernah dia beri. Hingga suatu hari aku dipesenkan dedak ke Argo oleh teman kecilku dan sudah kuanggap seperti keponakanku bernama Qudaim. Sebelum remaja dia sering menemani dan membantuku termasuk ketika kambingku melahirkan..semoga Allah membalas kebaikan Qudaim kecil. Kemudian pada siang hari aku dengan ditemani Qudaim datang ke rumah Argo untuk mengambil 2 karung dedak yang kupesan. Itu pun Argo tidak menyapaku, dia menyambutku dengan dingin melebihi terhadap orang asing. Padahal rumah kami cukup dekat dan kami seumuran hanya selisih sekitar 40 hari. Ibunya pun dulu sering kesini menemui ibuku. Bahkan Argo minta agar karungnya dikembalikan pun juga lewat Qudaim dan tidak bicara ke aku langsung. Bertemu di jalan seperti bertemu dengan orang asing.
     Setelah Qudaim remaja dan dekat dengan teman-teman sekolahnya, maka Argo mulai mendekatiku. Awalnya hubungan kami biasa saja seperti penjual dengan pelanggan..tapi lambat laun aku mulai simpati terhadapnya karena sering ketemu Argo waktu menyelep padi dan mengantar dedak yang aku pesan. Hingga suatu hari Argo kirim sms dan mengungkapkan intinya, "...terima kasih, sampeyan sudah kuanggap lebih dari teman dan lebih dari saudara."
Karena diriku cukup polos, maka dalam hati diriku senang jika memang dianggap lebih dari saudara. Terlebih ketika mengetahui masa kecil Argo sering diliputi kesedihan dan kurang mendapat kasih sayang dari ortunya karena cerai sehingga dirinya pun diasuh neneknya. Semoga Allah merohmati Argo kecil yang belum berdosa. Aku semakin salut terhadap dirinya dan dia pun mulai kuistimewakan. Di sisiku kedudukan Argo  seperti tangan kananku atau seperti sebuah jari dari 5 jariku. Dalam arti jika jariku berkurang satu, meski bisa hidup normal tentu aku merasa kehilangan sebuah jariku. Andai rasa sakitnya sudah hilang, bekas potongan jari insya Allah akan sulit hilang kecuali Allah ganti dengan jari yang lebih baik. Mulai nyelep padi, membajak dengan traktor, membantu mengurus hewan qurban, beli dedak dll. Dirinya juga yang mendukung aku membuat rumah pada bulan Muharrom tepatnya pada hari Asyuro. Argo juga biasa mengambil jambu air ataupun Mangga jika berbuah. Kami saling bantu dan memberi manfaat untuk urusan dunia.
     Aku pun pernah tanya Argo: "dirimu dekat denganku, apa tidak khawatir terpengaruh aku?" maka dijawab "jika terpengaruh diajak baik, aku malah senang. Aku justru khawatir berteman dengan orang jelek..nanti aku diajak mabuk."
     Setelah tersebar kabar bahwa Argo itu teman dekatku..maka diriku seperti berada di jalan yang bercabang. Aku senang berteman dengan Argo..karena aku merasa punya teman kepercayaan sepeninggal bapakku. Tapi satu sisi aku juga takut hari Qiyamat. Yang mana sesama teman akan bermusuhan kecuali orang bertaqwa. Untuk membuktikan kebenaran ucapannya maka diriku pun mengujinya. Itu latar belakang pertengkaran kami..karena diriku mengajaknya menjaga sholat dan tidak konsumsi asap beracun yang bukan halalan thoyyiban.

3. Ujian Pertemanan dengan Argo akibat dusta dan inkar janji.
      Untuk membuktikan ucapan Argo yang menganggap aku lebih dari teman maka aku meminta Argo untuk menjaga sholat demi kebaikan dirinya. Aku juga minta dia tidak menghirup asap beracun demi kebaikan dia sekeluarga. Disamping aku tidak ingin melihat Argo sakit.  Tapi dirinya tidak mempercayai nasehatku dan lebih mempercayai pak jenggot yang punya tabiat dusta dan khianat. Kemudian Argo mulai menjauhiku. Sejak saat itu kemudian aku merasa apa yang diucapkan ternyata dusta.?
     Meski hubungan kami mulai renggang..insya Allah aku tetap berupaya dan ingin menjadi kawan sejatinya. Ketika Fujair lahir maka aku pun turut senang..sehingga Argo kuberi hadiah uang untuk membantu 2/5 biaya kelahiran.

4. Perubahan pada Argo akibat pergaulan dengan pak jenggot.
     Aku memang beda dengan pak Jenggot Salafiyyah yang mana orang kafir, shohibul bid'ah, pecinta dunia dan anjing-anjing dunia dari ahlu hawa tetap dijadikan teman. Tapi itu wajar saja kerena dirinya pun pernah belajar sihir kesaktian, menyanyi di masjid, pacaran dll. Bisa saja jin jahatnya masih setia bersamanya sebagaimana keberadaan syaithon qorin yang mengajak kepada kesesatan.? Rumahnya saja banyak shuroh bernyawa..rumah yang dibenci malaikat rohmat dan dicintai syaithon.? Na'udzubillah.
     Melihat Argo selalu menghindar dariku, akhirnya diriku tidak bisa menahan diri. Sampai pada suatu kesempatan tepatnya pada hari Kamis 31-12-2015 aku bertemu Argo di sawah. Aku bilang kepadanya intinya: "jangan bermuka dua. Engkau pendusta. Dusta lebih dari 19 kali dan tidak tepat janji".
Argo kemudian emosi dan kami saling mengangkat suara. Bahkan dadaku sempat didorong kemudian dipisah tetangga yang kebetulan di sawah. Dia merasa dirinya benar, tapi takut diajak berhakim kepada Allah untuk buktikan.
     Dengan bertengkar seperti itu aku kira bisa melupakannya. Tapi hatiku justru merasa sedih karena Argo memusuhiku..sehingga imbasnya kambing-kambingku menjadi kurang terurus. Sebagian kambing ada yang mati karena sakit & sebagian insya Allah ada yang mati dengan sebab dibunuh syaithon pada malam hari akibat diriku lengah. Ketika ambil rumput jariku pun sering tergores sabit karena banyak pikiran.

5. Kegembiraan sesaat waktu ishlah.
     Lebih dari 5 tahun kami bertengkar ternyata aku gak bisa membenci Argo walau aku tahu kejelekannya. Aku masih ingat dirinya cukup semangat mendukungku membuat rumah di bulan asyuro, maka aku pun berupaya mengajak damai. Hingga suatu hari kami pun bisa ishlah(damai) tepatnya hari Ahad, 08 Robi'ul Awwal 1442 H (25-10-2020 M) atau waktu awal memasuki musim penghujan tahun 2020. Dirinya datang ke rumahku dan kusambut dengan gembira setelah sekian lama tidak pernah duduk-duduk bersama. Dia pun janji kelak insya Allah akan mengantar aku berangkat haji. Kemudian pada suatu sore Argo kesini dengan Fujair kecil mk Fujair pun aku gendong sebentar seperti terhadap keponakanku.
     Aku pun janji bahwa selama aku hidup 10% buah-buahanku adalah hak Argo sebagai hadiah. Janjiku insya Allah sudah tertulis di Lauh Mahfuzh. Argo juga pernah menemani aku sholat pada tanggal 21 Jumadil Akhir 1442 H ( 03-02-2021 M), sehingga di sisiku Argo seperti kertas putih lagi..itu hari yang paling bahagia waktu bersama Argo. Tapi ternyata itu tidak lama..para syaithon mungkin tak suka mengetahui kami akrab, sehingga mencegah Argo untuk mengerjakan sholat Jum'at. Kami pun bertengkar lagi. Qodarullahi wa maa sya-a fa'ala..Ketentuan Allah, dan apa yang Dia Kehendaki telah Dia kerjakan.

6. Putus pertemanan karena Allah vs hawa nafsu akibat kejahatan pak jenggot dan para syaithon.
     Amar ma'ruf nahi munkar hukumnya fardhu kifayah..jika tiada seorang pun yang menunaikan tanpa ada udzur maka semua orang berhak menanggung dosa. Meninggalkan sholat itu dosanya jauh lebih besar daripada minum khomr (arak), riba, mencuri ataupun zina. Mungkin ini diantara kedunguan pak Jenggot..kenapa dia tidak sekalian duduk-duduk ke tempat lokalisasi perzinaan.?  Kemudian amar ma'ruf nahi munkar itu wajib bukan hanya ditujukan kepada anak kita saja, tapi untuk semua manusia. Jika pak jenggot dan Argo taat kepada iblis atau dukun..apa keduanya berarti anaknya iblis atau dukun.???
     Sebelum terjadi pertengkaran gelombang ke-2, Argo sudah sering kuingatkan intinya
"silahkan blokir nomorku (agar aku gak bisa lagi mengajak sholat ataupun minta menjauhi kejelekan). Tapi jika kamu memblokir nomorku, maka itu bukti menunjukkan kamu gak menganggap aku sebagai teman.?". 
     Karena sudah 7 tahun aku belum juga melihat Argo sholat Jum'at..hanya sekedar janji kosong dan tidak ditunaikan maka akhirnya kuperingatkan dengan tegas tentang ancaman balasan karma dari Allah yang intinya sbb: (1) hidup tidak tenang dan diselimuti banyak keluh kesah(perkara harta, pertanian, kesehatan, dll), (2) menjadi budak dunia sehingga badan letih tapi hatinya tidak puas, (3) ganti dikhianati/ditinggalkan teman atau orang-orang kepercayaannya, (4) tidak merasakan bahagia haqiqi, (5) berhak terhinakan dan mendapat balasan karma dari Allah di dunia/Akhirat akibat mengkonsumsi asap beracun dan lain-lain. Kemudian kusebut munafiq karena sering dusta, ingkar janji dan khianat..yang mana 3 perkara ini insya Allah umumnya bisa menjadi sebab permusuhan dalam hubungan pertemanan.
    Pada malam Rabu 2 Romadhon 1442 H (14-04-2021 M) sekitar tengah malam dengan ditemani istrinya, Argo mendatangi rumahku dalam keadaan emosi. Aku terbangun ketika terdengar bunyi telpon. Waktu itu aku gak tahu jika Argo di depan rumahku. Aku kira Argo nelpon dari rumah. Maka diriku kirim pesan nanti saja jika sudah tidak menahan marah. Tapi kemudian pintu rumahku digedor-gedor keras sambil mengancam akan didobrak. Maka pintu rumah segera kubuka dan diriku sengaja hanya diam karena tidak ingin ribut pada tengah malam sehingga ganggu tetangga. Setelah kemarahan agak reda maka dia pun pulang.
      Untuk membuktikan bahwa diriku tidak takut terhadap Argo, maka besoknya pada dini hari aku sengaja datang ke rumahnya sambil bawakan kurma, pisang dan uang 20 ribu (uang kelebihan beras yang kupesan). Dengan sabar aku tunggu sampai dia terbangun untuk makan sahur. Niatku dari rumah jika Argo memuiku dengan baik dan menerima pemberianku, mungkin itu hari terakhir dan juga perpisahan. Jika memang putus pertemanan..yang kuinginkan bukan dalam keadaan salah paham, tapi karena ruh kami yang tidak bisa berkumpul. Niat baikku disambut dengan emosi. Hingga kemudian dua lenganku dicengkram dengan kuat. Aku hanya menatap dirinya sambil berkata "terserah dirimu mau kamu apakan aku". Maka ibunya buru-buru keluar untuk melerai. Kemudian bungkusan plastik kresek yang awalnya akan kuberikan Argo akhirnya kuberikan ibunya. Kemudian aku pulang dengan menahan sedih. Alhamdulillah ala kulli hal.
     Kemudian pada hari Jum'at 4 Romadhon 1442 H (16-04-2021 M) aku melihat Argo sholat Jum'at di masjid. Alhandulilah..dalam hati aku sangat senang, walau akibatnya dia mungkin membenciku. Firasatku benar pada Jum'at sore Argo datang kesini minta bantuan pak Jenggot. Dengan angkuh Argo menghinakan aku di depan pak Jenggot dan membentak saudariku yang berupaya melerai. Dia mengancamku akan dilaporkan desa. Mungkin dia kira gertakan membuatku takut, maka untuk menghancurkan keangkuhan Argo dan pak Jenggot hari Ahad pagi 6 Romadhon 1442 H (18-04-2021 M) aku menunggu Argo di jalan dekat rumahnya. Setelah dia menghampiriku kuberikan selembar tulisan bahwa masalah ini akan kulaporkan ke kepala dusun nanti ba'da Maghrib. Setelah aku pulang, Argo segera menyusulku. Argo kuminta agar dirinya pulang saja kemudian aku ditarik supaya keluar rumah sambil ninju pipiku. Dia kemudian minta bantuan pak Jenggot. Entah karena kedunguannya atau mungkin mendapat wahyu dari syaithon, maka pak Jenggot langsung membela Argo dan memvonis diriku yang keliru. Nabi Dawud saja ketika menghakimi 2 orang berselisih dan masing-masing pihak ditanya, itu saja pernah salah menghakimi (tidak tepat). Apalagi pak jenggot yang prosedurnya saja sudah bathil dan hanya bersandar hawa nafsunya. Dia gembira menyaksikan Argo mencelaku setelah tahu Argo habis ninju pipiku. Pak jenggot bak kesurupan syaithon kemudian berjoget riang dengan tarian sontoloyo bebek buang tahi ke arah qiblat seperti tarian banci. Mendengar adanya keributan maka kemudian salah satu pamanku datang berupaya melerai.
    Setelah kepala dusun datang, maka pak Jenggot masuk rumah dan tak berani menampakkan diri. Mungkin dia khawatir kutuntut karena pak Jenggot justru memperkeruh keadaan sambil berjoget ria seperti kesurupan syaithon yang masuk bersama aliran darahnya.
     Argo setelah meninju pipiku kemudian mengajak kepala dusun datang ke rumahku untuk diselesaikan secara damai. Di depan kepala dusun maka Argo sengaja kutekan untuk mengakui salah dan minta maaf kepadaku. Kemudian kami jabat tangan dengan senyum dan mataku berkaca-kaca dalam hatiku "kenapa dirimu tega terhadapku? Kita adalah teman. Tanpa minta maaf pun insya Allah aku akan selalu berupaya memaafkanmu..kecuali jika engkau bersekutu dengan pak jenggot. Aku terpaksa menekanmu untuk minta maaf sebagai pelajaran agar tidak kamu ulangi."
     Di depan diriku dan Argo, maka kepala dusun pada tanggal 18-04-2021 M memutuskan  intinya: "Supaya gak ada masalah lagi..mulai sekarang mas Argo jangan dekat dengan mas Teguh dan jangan dekat dengan pak Jenggot."
     Seiring berjalannya waktu maka diriku mengetahui permintaan maaf Argo tidak tulus dan merasa dirinya yang benar. Insya Allah itu bisa terlihat pada tanda di wajahnya. Dan itu terbukti dirinya mengklaim benar dan menyalahkan diriku.
Allah, malaikat dan Bumi insya Allah sebagai saksi Argo tidak mau menjauhi syaithon pak jenggot. Sebagaimana kusaksikan sendiri dan kuperingatkan pada hari Sabtu, 25 Juni 2022. Argo insya Allah tidak mungkin berani sumpah untuk mengingkari bahwa dirinya tidak mau menjauhi pak jenggot sebagaimana Argo menjauhiku. Jika di dunia bisa menghindar dari hukum Allah, apa di Akhirat yaqin mampu menghindar dari  hukum Allah.??
     Jika Argo mengatakan bahwa aku tidak berhak mengatur dirinya, maka dia pun juga tidak berhak mengatur diriku. Ini baru adil kan? Sehingga diriku pun punya hak untuk tunaikan kewajiban yang Allah perintahkan dalam amar ma'ruf nahi munkar.

7. Ketika sebuah harapan berbeda dengan Taqdir Allah.
   Jika Argo merasa sakit hati..silahkan tanya kepada hati nurani, gimana andai keadaan dibalik..misal dia posisinya menjadi diriku yaitu dalam posisi benar kemudian dihina, sering dibentak, dikeroyok dengan minta bantuan syaithon musuhku, pintu rumah digedor-gedor keras pada tengah malam dan mau didobrak, 2 lenganku pernah dicengkram keras, didorong, pipi ditinju dll..jika dia yang mengalaminya apa gak lebih sakit hati.?? Jika Argo yaqin benar dan tidak zholim, kenapa tidak mau kuajak berhakim kepada Allah?
    Andai itu bukan Argo..mungkin sulit bagiku untuk memaafkannya sampai hari Qiyamat. Apa Argo tidak merasakan belakangan aku lebih banyak diam dan tidak menanggapi ucapannya ketika ketemu..insya Allah bukan karena aku takut terhadapnya? Diriku lebih banyak diam karena tidak ingin menambah luka di hati Argo. Sehingga aku hanya berupaya menjadi pendengar baik ketika Argo emosi dan marah.
     Diriku menasehati Argo dan mengajak kepada kebaikan karena diriku berharap semoga pertemanan kami bisa kekal di dunia dan di Jannah. Bukan di dunia kami akrab, tapi di Akhirat saling musuhan akibat pertemanan terjalin karena hawa nafsu ataupun karena tujuan dunia. Na'udzubillah.
     Setiap taqdir Allah terdapat hikmah yang agung dan sempurna, sehingga berhak kita cintai..sehingga dengan mencintai Taqdir Allah insya Allah bisa menjadikan kita selalu bahagia di dunia dan Akhirat. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

8. Pengaruh Akibat Dosa dan Maksiat.
Diantara pengaruh maksiat dan dosa:
(1) Maksiat adalah penyebab hinanya seorang hamba di hadapan Allah dan berhak mendapat adzab.
Hasan Al Bashri rohimahullah berkata: "Derajat mereka menjadi rendah di hadapan Allah. Oleh sebab itu mereka berbuat maksiat. Kalau mereka berkedudukan mulia di hadapan Allah, tentu Allah akan memelihara mereka. Allah berfirman:

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَسْجُدُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُوْمُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَاۤبُّ وَكَثِيْرٌ مِّنَ النَّاسِۗ وَكَثِيْرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُۗ وَمَنْ يُّهِنِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ مُّكْرِمٍۗ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ ۩ۗ

" Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki." (QS. Al Hajj: 18).
(2) Dosa itu Membawa Sial Bagi Dirinya dan yang di sekitarnya.
Selain bagi pelaku dosa, orang lain pun dari kalangan manusia maupun binatang bisa sama-sama merasakan akibat kesialan dari dosanya. Sehingga pelaku dan orang lain pun ikut terimbas kesialan dosa dan perbuatan zholim tersebut.
(3) Kemaksiatan  dapat menimbulkan kehinaan.
Kemuliaan yang sesungguhnya adalah dalam ketaatan kepada Allah. Abdullah bin Al Mubarok berkata:
"Aku tahu, bahwa dosa-dosa itu mematikan hati bila kecanduan dosa, akan lahir kehinaan jiwa,
Meninggalkan dosa berarti menghidupkan hati maka yang terbaik untuk diri kita adalah meninggalkannya."
(4) Karena dosa, kehormatan dan martabat seorang hamba di hadapan Allah menjadi jatuh.
Demikian juga di hadapan orang lain. Karena makhluq yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa. Orang yang paling dekat di sisi Allah adalah yang paling taat kepada Allah.
(5) Dosa menimbulkan kegersangan yang amat sangat dalam hati.
Para pelaku dosa akan mendapatkan hatinya begitu gersang, yang kegersangan itu membuat dinding antara dirinya dengan Robbnya. Hidup yang paling pahit adalah hidup orang yang berhati gersang.
(6) Dosa dapat menghilangkan berbagai kenikmatan dan mengundang berbagai bencana.
Allah berfirman:

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ 

"Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)."
(QS. Asy Syuro: 30).
(7) Dosa dapat mencabut nama baik  dan kemuliaan seseorang.
Sebaliknya dosa akan melekatkan nama buruk dan kehinaan pelakunya. Status sebagai mukmin sejati, orang baik, orang yang berbuat ihsan, orang bertaqwa, orang taat, orang yang tawakkal, orang sholih, ahli ibadah dan lain-lain bisa tercabut dari diri pelaku dosa. Sebaliknya justru dilekatkan padanya gelar sebagai orang fasiq, ahli maksiat, penyeleweng, pendusta, syaithon, orang jahat dan sejenisnya.

9. Upaya Mengajak Ishlah/damai.
     Aku sudah sering berupaya mengajak ishlah, tapi Argo yang tidak menginginkan damai. Mungkin karena dirinya pegang prinsip "orang jika punya hubungan dekat kemudian bertengkar itu tidak bisa baikan lagi.?" Setahuku itu keyeqinan bathil. Hal seperti itu bisa terjadi umumnya karena lebih mendahulukan hawa nafsu.
     Pada tanggal 19-06-2021 M pun aku kirim pesan untuk Argo yang isinya:
"Bismillah..
Untuk kawanku Argo. Gimana jika kita membuat perjanjian? Isinya: (1) kita sama-sama menjaga sholat wajib (termasuk sholat Jum'at), (2) kita bersikap seperti dulu (bukan seperti orang bertengkar/sengaja menjaga jarak), (3) kita tidak saling sms, kecuali isinya memberi kabar/semakna "aku ada perlu, bisa ketemu di rumah atau dimana?", (4) kita saling tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa (termasuk mengantar berangkat haji), (5) kita tidak boleh bertengkar selama di dunia.
Aku mengajak ini..karena aku beriman adanya balasan karma (=amal perbuatan) dari Allah di dunia/Akhirat. Sebagai kawanmu..aku mengkhawatirkanmu. Kuharap kamu bisa menerima dan sepakat dengan isi perjanjian ini. Gimana bro?"
Tapi tidak pernah ditanggapi..padahal dulu Argo pernah bilang bahwa dirinya bukan pedendam dan tidak pernah membenciku.

10. Upaya apa lagi yang sebaiknya aku tempuh dan sesuai ajaran Islam?
     Insya Allah diriku sudah berupaya semampuku..diantaranya:
(1) aku mengajak ishlah, tapi Argo tidak menginginkan damai.?,
(2) Aku ajak berhakim kepada Allah untuk minta keadilan Allah dan buktikan siapa yang benar..tapi Argo tidak ridho?,
(3) Aku ajak diselesaikan desa..tapi pipiku malah ditinju.
(4) Di depan kepala dusun..dirinya mengakui dirinya salah dan minta maaf kepadaku. Tapi faktanya masih merasa dirinya yang benar.
(5) Kepala dusun sudah memutuskan, "Supaya gak ada masalah lagi..mulai sekarang mas Argo jangan dekat dengan mas Teguh dan jangan dekat dengan pak jenggot.."
Tapi gimana fakta..Argo tidak mau menjauhi pak jenggot sebagaimana dirinya menjauhiku.
(6) Aku tetap pegang janji dan katakan kepada Argo, "10% hasil pohon buah-buahan milikku selama aku masih hidup tetap menjadi hakmu, sehingga dirimu bebas mengambil meski tanpa izin. Itu semua sudah taqdir yang Allah tetapkan di Lauh Mahfuzh."
(7) Waktu ketemu aku juga berkata kepada Argo, "Beritahu diriku apa yang kamu sukai dan kamu benci? Selama bukan perkara haram dan tidak menyelisihi kebenaran..semoga sisa hidupku bisa menyenangkanmu." Tapi dia menjawab, "tidak ada.". Wa Allahu a'lam.

رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ

"“Ya Robb-ku, berilah keputusan dengan adil. Dan Robb kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kalian katakan.."

 
Bersambung...bagian 3.

LOYAL DAN BENCI KARENA ALLAH VS HAWA NAFSU (tulisan bagian 1)




بسم الله الرحمن الرحيم


الحمد لله رب العالمين, والصلاة و السلام على نبينا محمد, عبدالله و رسوله وعلى اله و صحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم  الدين, و بعد :


     Sahabat akrab bisa menjadi musuh di hari Qiyamat. Allah berfirman:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa." (QS. Az-Zukhruf: 67).
Ahli Tafsir At-Thobari menjelaskan,

المتخالون يوم القيامة على معاصي الله في الدنيا, بعضهم لبعض عدوّ, يتبرأ بعضهم من بعض, إلا الذين كانوا تخالّوا فيها على تقوى الله.

“Orang-orang yang saling bersahabat di atas maksiat kepada Allah di dunia, di hari kiamat akan saling bermusuhan satu sama lain dan saling berlepas diri, kecuali mereka yang saling bersahabat di atas taqwa kepada Allah.” (Lihat Tafsir At-Thobari)
     Hendaknya kita benar-benar mencari sahabat yang baik dan jangan sampai kita menyesal di hari Qiyamat sebagaimana firman Allah Ta'ala:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا ﴿٢٧﴾ يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا ﴿٢٨﴾ لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zholim menggigit dua tangannya (yakni: sangat menyesal), seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rosul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku.” Dan adalah syaithon itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqon: 27-29).
     Hendaknya kita selalu berkumpul bersama orang-orang sholih dan jujur dalam keimanannya sebagaimana firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah: 119).
     Selalu perhatikan siapa sahabat kita dan harus memilih pertemanan dan sahabat yang mayoritas waktu, kita habiskan bersama mereka.
     Nabi  bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu mengikuti diin (agama; tabiat; akhlaq) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan kawan dekat.” (HR. Abu Dawud, Silsilah ash-Shahihah no. 927)

    Bisa jadi teman sesama pengguna narkoba ataupun dukhon terlihat sangat akrab bahkan hampir bersaudara ketika menggunakan bersama-sama. Mereka mengatakan:
“Kita saling berbagi dan susah-senang bersama”
     Namun keadaan bisa berbalik 100% tatkala mereka semua ditangkap oleh polisi, maka mereka akan saling menyalahkan siapa duluan yang mengajak, saling mengelak dan saling menuduh siapa yang membeli dan menghadirkan narkoba pertama kali. Demikian juga tatkala ada diantara mereka yang mengidap penyakit kanker lambung, paru-paru, jantung ataupun stroke jika sudah tidak bisa disembuhkan.
     Demikianlah keadaan “teman akrab” di dunia yang tidak dibangun berdasarkan pertemanan karena Allah, bisa jadi mereka akan saling bermusuhan di hari kiamat. Misalnya saja mereka sangat akrab di dunia dan kompak dalam berbagai aktivitas dan kebersamaan, akan tetapi tatkala tiba waktu salat maka umumnya tiada satu yang mengingatkan agar sholat dahulu, akhirnya mereka bisa lalai akan sholat.


Bab I. Syaithon Musuh Bagi Orang-Orang Mukmin

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan manusia agar tidak tergoda oleh syaithon. Allah berfirman :

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaithon sebagaimana ia telah berhasil mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Jannah." (QS. Al-A’rof/7: 27).
     Oleh karena itu, dengan rohmat-Nya, Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk menjadikan syaithon sebagai musuh. karena memang sebenarnya, syaithon musuh bagi kita. Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

"Sesungguhnya para syaithon itu adalah musuh nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaithon-syaithon itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni Neraka yang menyala-nyala." (QS. Al Fathir/35:6).
     Imam Ibnul Qayyim rohimahullah terkait ayat di atas berkata, “Perintah Allah untuk menjadikan syaithon sebagai musuh ini sebagai peringatan agar (manusia) mengerahkan segala kemampuan untuk memerangi dan melawannya. Sehingga syaithon itu seolah-olah musuh yang tidak pernah berhenti dan tidak pernah lalai." (Zadul Ma’ad, III/6).
     Dalam menjalankan aksinya menyesatkan dan membinasakan manusia, syaithon memiliki dua senjata yaitu syubhat dan syahwat. Oleh karena itu, orang yang ingin selamat harus berjihad melawan syaithon dengan bersenjatakan ilmu dan mentazkiyah (membersihkan) jiwanya. Ilmu nafi’ (yang bermanfaat) akan membuahkan rasa yakin, yang akan menolak syubhat. Sedangkan tazkiyatun nafs akan melahirkan ketakwaan dan kesabaran, yang membuatnya mampu mengendalikan syahwat.
     Imam Ibnul Qayyim rohimahullah mengatakan, “Jihad melawan syaithon memiliki dua tingkatan : Pertama, menolak syubhat dan keraguan yang dilemparkan syaithon kepada hamba; Kedua, menolak syahwat dan keinginan-keinginan jelek yang dilemparkan syaithon kepada hamba. Jihad yang pertama akan diakhiri dengan keyakinan, sedangkan jihad yang kedua akan diakhiri dengan kesabaran. Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah/32:24)
Allah memberitakan bahwa kepemimpinan agama hanya bisa diraih dengan kesabaran (dan keyakinaan), kesabaran akan menolak syahwat dan keinginan-keinginan jelek, dan keyakinan akan menolak keraguan dan syubhat.” (Zadul Ma’ad III/10)
     Jadi senjata manusia untuk melawan syaithon adalah ilmu dan kesabaran. Ilmu yang bersumber dari kitabullah dan Sunnah Rosul-Nya. Kemudian mengamalkan ilmu tersebut sehingga jiwa menjadi bersih dan suci, dan menumbuhkan kesabaran.
     Di antara bentuk jerat setan adalah dengan menghiasi kemaksiatan. Allah ﷻ telah mengabarkan tentang sumpah setan:

﴿قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ﴾

“Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. Al-Hijr: 39)
     Sungguh, betapa banyak orang yang terjerumus dalam maksiat dan kekufuran karena memandang indah maksiat dan kekufuran tersebut. Oleh karenanya Allah ﷻ berfirman:

﴿وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَّكُمْ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِّنكُمْ إِنِّي أَرَىٰ مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ﴾

“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan, ‘Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu’. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata, ‘Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah’. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. Al-Anfal: 48)
     Syaithon memiliki banyak jerat. Jika syaithon tidak berhasil menjerumuskan seseorang pada perkara menggampangkan dosa-dosa kecil, maka syaithon akan membuatnya sibuk dengan  perkara yang mubah. Seseorang akan digoda oleh setan untuk berlibur, untuk jalan-jalan, untuk nongkrong di warung kopi, dan perkara mubah lainnya.  Ketahuilah bahwa ketika Anda telah sibuk jalan-jalan, nongkrong sana-sini, maka itu adalah jerat setan agar Anda menghabiskan waktu. Dampaknya, amal yang akan kita bawa menghadap Allah ﷻ menjadi sangat sedikit, karena waktu kita habis pada perkara yang mubah. Anda pun akhirnya tidak sempat untuk shalat malam, tidak sempat untuk berbakti kepada orang tua, tidak sempat untuk berdzikir, tidak sempat baca Al-Qur’an, dan amalan-amalan lainnya pun akan tertinggal.
Maka dari itu, hendaknya kita mewaspadai diri kita. Ketika kita telah disibukkan oleh perkara mubah, sehingga kurang dari amalan-amalan sunnah, maka bisa jadi kita terkena jerat setan. Terlebih lagi bagi kita yang usianya telah di atas 40 tahun. Bagi yang telah mencapai usia 40 tahun maka sudah seharusnya kita kembali kepada Allah ﷻ dengan banyak beramal untuk mempersiapkan diri. Meskipun begitu, kita tidak menyangkal bahwa yang muda pun bisa meninggal lebih dulu dan juga harus menyiapkan bekal yang terbaik.
    Jika syaithon tidak berhasil menjerumuskan seseorang untuk sibuk dengan perkara yang mubah, maka syaithon akan membuatnya sibuk dengan amalan yang kurang afdhal (utama) sehingga meninggalkan amalan yang jauh lebih utama.


Bab II. Syaithon dari Golongan Manusia Jauh Lebih Berbahaya

     Allah Ta'ala berfirman:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِيْ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ
 
"Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari syaithon-syaithon manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Robb-mu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan." .
     Dari ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa syaithon bisa berasal dari golongan manusia dan jin. Mungkin syaithon dari golongan jin tidak akan terlihat oleh mata kita karena bersifat gaib, namun syaithon berupa manusia bisa saja sekarang berada di dekat kita.
     Syaithon dari jenis manusia ini lebih sulit untuk diketahui dan dihindari, mungkin mereka tidak akan berpenampilan layaknya syaithon yang menakutkan, namun mungkin saja mereka berpenampilan alim, dan dalamnya ternyata seperti syaithon. Untuk lebih mengetahuinya, berikut ini penjelasannya:
1. Bagi orang yang kurang ilmu keislaman, mudah tertipu dengan syaithon jenis manusia. Menghindari syaithon manusia tidak cukup hanya dengan memohon perlindungan dari Allah, tetapi juga diperlukan memahami dan mengenal langkah-langkah syaithon tersebut.
     Hal ini bisa kita lakukan jika kita dengan memperdalam ilmu tentang Al-Quran dan As Sunnah serta mengkaji siroh nabawiyah. Lalu membandingkannya antara perilaku dia dengan akhlak Rasulullah  dan para Shohabat.
2. Syaithon dari jenis manusia merupakan musuh para nabi. Jika Nabi  telah dimusuhi setan-setan manusia, apalagi dari umatnya yang keimanannya masih belum stabil, wawasan yang kurang luas, dan tidak dapat jaminan keselamatan aqidah karena tidak mendapat bimbingan langsung dari wahyu ilahi.
3. Kata-kata dari syaithon manusia ini sangat menarik dan menakjubkan. Sebenarnya, semua perkataan mereka sangat membahayakan, menyesatkan yang terlihat kotor, namun mereka mengemasnya dengan kata suci, maka orang sehat sekalipun dapat tertipu daya dan menerimanya.
     Syaithon manusia ini tidak hanya harus dijauhi perkataannya, namun juga kita diperintahkan untuk meninggalkan dirinya dan menjauhinya.
     Sesuai dengan kandungan ayat di atas, Rosulullah ﷺ juga mengingatkan pada Shohabatnya untuk mewaspadai gangguan dan bahaya syaithon manusia dan jin, berikut haditsnya:

و سيقوم فيهم رجال قلوب الشياطين في جثمان الإنس

"Dan akan ada di kalangan mereka orang-orang berhati syaithon dengan jasad manusia." (HR. Muslim).
     Hudzaifah bin Al-Yaman rodhiallahu anhuma berkata:

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

“Dahulu manusia (para Shohabat) bertanya kepada Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan sementara aku biasa bertanya kepada beliau tentang keburukan(kejelekan) karena khawatir/takut kejelekan tersebut menimpaku. Maka aku bertanya, “Wahai Rosulullah, dahulu kami dalam masa jahiliyah dan keburukan, lantas Allah datang dengan membawa kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya.” Saya bertanya, “Apakah sesudah keburukan itu akan ada kebaikan lagi?” Beliau menjawab, “Ya, tapi ketika itu sudah ada Asap” Saya bertanya, “Apa yang anda maksud dengan asap itu?” Beliau menjawab, “Adanya suatu kaum yang memberikan petunjuk dengan selain petunjuk yang aku bawa. Engkau kenal mereka namun pada saat yang sama engkau juga mengingkarinya.”
Saya bertanya, “Adakah setelah kebaikan itu akan ada keburukan lagi?”
Nabi menjawab, “Ya, yaitu adanya dai-dai yang menyeru menuju pintu Jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka, niscaya mereka akan menghempaskan orang itu ke dalam jahannam.”
Aku bertanya, “Wahai Rosulullah, tolong beritahukanlah kami tentang ciri-ciri mereka!” Nabi menjawab, “Mereka memiliki kulit seperti kulit kita, juga berbicara dengan bahasa kita.”
Saya bertanya, “Lantas apa yang anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?”
Nabi menjawab, “Hendaklah kamu selalu bersama jamaah kaum muslimin dan imam (pemimpin) mereka!” Aku bertanya, “Kalau pada waktu itu tidak ada jamaah kaum muslimin dan imam bagaimana?”
Nabi menjawab, “Hendaklah kamu jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kamu menggigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu dalam keadaan kamu tetap seperti itu.” (HR. Al-Bukhari no. 7084 dan Muslim no. 1847)
    Dapat diambil kesimpulan, bahwa syaithon dari golongan manusia ternyata lebih berbahaya daripada syaithon dari golongan jin. Syaithon dari golongan jin membisikkan godaannya melalui dada manusia, namun syaithon dari golongan manusia menggoda manusia melalui komunikasi secara langsung menyampaikan kalimat yang menarik dengan tampilan mempesona, mungkin saja menamakan dirinya sebagai orang pintar, dukun, paranormal, dan sebagainya.
     Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih waspada menghadapi bahayanya dan yang lebih bahaya lagi jika tanpa disadari ternyata kita sendiri terlibat di dalamnya atau termasuk golongan syaithon manusia. Na'udzubillah.

Bab III. Pujian Terhadap Kejujuran dan Celaan Terhadap Kedustaan

     Allah telah mengabarkan bahwa nanti pada hari Qiyamat tiada yang mampu memberi manfaat kecuali kejujuran dan tiada yang mampu memberi keselamatan kecuali kejujuran sebagaimana firman Allah:

قَالَ اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

"Allah berfirman, “Inilah saat orang yang shodiq memperoleh manfaat dari kejujurannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. Al Maidah: 119).

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا 

"Dari Abdullah bin Mas'ud rodhiyaAllahu 'anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda, "Berpegang-teguhlah dengan kebiasaan berkata jujur. Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan. Kebaikan akan mengantarkan ke Jannah. Seseorang yang selalu berkata jujur dia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah kedustaan. Sesungguhnya kedustaan mengantarkan kepada kejahatan. Kejahatan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang biasa berdusta, dia akan ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.'' (HR Bukhari-Muslim).
     Imam Sya'bi berkata: "Tetaplah kalian di atas kejujuran meskipun terlihat merugikan, maka ketahuilah suatu ketika berguna bagimu. Dan hati-hatilah dari berdusta meskipun terlihat menguntungkan, ketahuilah suatu saat akan merugikan kamu.".
     Ibnu Abbas berkata: "Sangat berhak bagi Allah untuk tidak mengangkat derajat pendusta dan tidak  memenangkan hujjahnya."
     Umar bin Khoththob berkata: "Aku menjadi terhina karena kejujuran lebih kucintai daripada aku naik derajat dengan kedustaan."  
     Ahli hikmah berkata: "Pendusta tidak akan bisa jaya meskipun mampu meletakkan rembulan di atas kedua tangannya dan orang jujur tidak akan terhina meskipun seluruh orang memusuhinya."

Bab IV. Menepati Janji itu Sifat Seorang Mukmin

     Menepati janji itu sifat seorang mukmin. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Maidah: 1)

Perjanjian di sini mencakup:
Pertama, perjanjian antara hamba dengan Allah. Bentuknya adalah beribadah kepada Allah dengan sempurna dan tidak mengurangi kewajiban kepada Allah.
Kedua, perjanjian antara hamba dengan Rasul-Nya. Bentuknya adalah dengan mentaati Rasul dan ittiba’ (mengikuti) ajarannya.
Ketiga, perjanjian antara hamba dengan kedua orang tua dan kerabat. Bentuknya adalah dengan berbakti (birrul walidain) dan menjalin hubungan baik (silaturahim), dan tidak sampai memutus hubungan.
Keempat, perjanjian hamba dengan sahabatnya. Bentuknya adalah dengan memenuhi hak persahabatan ketika berkecukupan dan fakir, ketika senang dan susah.
Kelima, perjanjian hamba dengan sesama. Bentuknya adalah memenuhi perjanjian muamalat seperti jual beli dan sewa menyewa, juga akad tabarru’at (akad sosial, tanpa cari keuntungan) seperti hadiah.
Keenam, perjanjian antara sesama muslim karena kita bersaudara. Bentuknya adalah saling tolong menolong dalam kebaikan, saling mencintai, dan tidak memutuskan hubungan sesama.
Ini semua termasuk dalam akad yang diperintahkan oleh Allah untuk dipenuhi. (Lihat Tafsir As-Sa’di, hlm. 217-218).


Bab V. Persahabatan yang Sejati dan Haqiqi

     Sungguh bersahabat dengan orang-orang yang sholih adalah nikmat yang sangat besar. Umar bin Khothob berkata:

ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به

“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.” (Quutul Qulub 2/17).
     Sangat banyak keuntungan memiliki sahabat yang sholih diantaranya:
1. Sahabat yang sholih akan selalu membenarkan dan menasehati kita apabila salah. Inilah sahabat yang sesungguhnya, bukan hanya sahabat saat bersenang-senang saja atau sahabat yang memuji karena basa-basi saja. Sebuah ungkapan arab berbunyi:

ﺻﺪﻳﻘﻚ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻚ ﻻ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻚ

“Shadiqaka man shadaqaka laa man shaddaqaka”
“Sahabat sejati-mu adalah yang senantiasa jujur (kalau salah diingatkan), bukan yang senantiasa membenarkanmu”
2. Sahabat yang sholih juga akan selalu mendoakan sahabatnya.
Aabila ia mendoakan sahabatnya, sedangkan sahabatnya tidak mengetahui, maka malaikat juga meng-amin-kan doa tersebut sambil mendoakan bagi yang berdoa tadi, artinya orang yang mendoakan juga mendapatkan apa yang ia doakan kepada saudaranya. Rosulullah  bersabda:

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

"Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.” (HR. Muslim, no. 2733).
3. Sifat seseorang dan kesholihan itu “menular”, dengan berkumpul bersama orang sholih, maka kita juga akan menjadi sholih dengan izin Allah. Sebagaimana dalam hadits berikut:

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً “

“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau  mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar  pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”. ( HR. Bukhari dan Muslim).
4. Persahabatan dengan orang yang sholih akan berlanjut sampai Jannah dan akan kekal selamanya.
Tentu ini kenikmatan yang sangat besar, karena antara sahabat dekat pasti tidak ingin berpisah dengan sahabat lainnya. Persahabatan sementara di dunia kemudian dipisahkan dengan kematian begitu saja, tentu bukan akhir yang indah.
     Salah satu dalil bahwa akan ada persahabatan di hari kiamat akan berlanjut bahwa orang yang saling mencintai (termasuk para sahabat) akan dikumpulkan bersama di hari kiamat.
Rosulullah  bersabda:

الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

“Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai." (HR. Bukhari, no. 6170; Muslim, no. 2640).
5. Allah Ta’ala memberikan keutaamaan kepada seseorang untuk memberikan syafaat kepada sahabatnya yang lain, agar mereka bisa sama-sama masuk Jannah dan berkumpul kembali.
Hasan Al- Bashri berkata:

استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة

”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari qiyamat.” (Ma’alimut Tanzil 4/268).
     Rosulullah  bersabda tentang syafaat antara sahabat di hari kiamat:

حتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون: ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم: أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار، فيخرجون خلقا كثيرا قد أخذت النار إلى نصف ساقيه، وإلى ركبتيه، ثم يقولون: ربنا ما بقي فيها أحد ممن أمرتنا به، فيقول: ارجعوا فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من خير فأخرجوه، فيخرجون خلقا كثيرا، ثم يقولون: ربنا لم نذر فيها أحدا ممن أمرتنا…

“Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.
Para mukminin inipun mengeluarkan banyak saudarannya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.
Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Robb kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.”
Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.”
Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Robb kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR. Muslim no. 183).

Bersambung...bagian 2.

Tahukah Engkau Amalan Yang Disukai Imam Asy-Syafi'i di Malam dan Hari Jumat ?

  Tahukah Engkau Amalan Yang Disukai Imam Asy-Syafi'i di Malam dan Hari Jumat ? ✍🏻 قال الإمام الشافعي رحمه الله : وأحب كثرة الصلاة على...