LOYAL DAN BENCI KARENA ALLAH VS HAWA NAFSU (tulisan bagian 2)
Bab VI. Kewajiban Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Allah Ta’ala berfirman,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
Sebagian ulama salaf mengatakan, “Mereka bisa menjadi umat terbaik jika mereka memenuhi syarat (yang disebutkan dalam ayat di atas). Siapa saja yang tidak memenuhi syarat di atas, maka dia bukanlah umat terbaik.”
Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma’ruf nahi mungkar itu wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya. Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya, begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga maksudnya yang Allah dan Rasulnya perintahkan tercapai. Allah Ta’ala berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 2)
Setiap rosul yang Allah utus dan setiap kitab yang Allah turunkan, semuanya mengajarkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Yang dimaksud ma’ruf adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah.
Yang dimaksud mungkar adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dibenci dan dimurkai oleh Allah.
Meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar adalah sebab datangnya hukuman dunia sebelum hukuman di akhirat. Janganlah menyangka bahwa hukuman meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar bukan hanya menimpa orang yang zholim dan pelaku maksiat, namun boleh jadi juga menimpa manusia secara keseluruhan.
Dalam sebuah hadits:
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
"Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Faedah hadits
Pertama: Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan siapa saja yang melihat kemungkaran untuk mengubahnya sesuai kemampuan.
Ibnu Rojab Al-Hambali rohimahullah berkata, “Pengingkaran dengan lisan dan tangan wajib dilakukan dengan melihat pada kemampuan.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:245)
Kedua: Tidak boleh melarang kemungkaran sampai diyakini hal itu kemungkaran, di mana dilihat dari dua tinjauan:
(1) perbuatan yang dilakukan diyakini mungkar,
(2) perbuatan tersebut dianggap sebagai kemungkaran oleh pelaku. Karena ada sesuatu termasuk kemungkaran, namun pelaku tidak memasukkannya sebagai kemungkaran.
Contoh: Makan dan minum siang hari bulan Ramadhan adalah kemungkaran. Namun ada orang yang sakit boleh saja dia makan, atau ia termasuk musafir boleh saja ia tidak berpuasa.
Ketiga: Kemungkaran harus dinilai sebagai kemungkaran oleh yang mengingkari dan pelaku yang diingkari. Jika perkara yang diingkari adalah perkara khilafiyah (masih ada beda pendapat), tidak ada pelarangan kemungkaran pada orang yang mengira bahwa hal itu tidak termasuk kemungkaran.
Contoh: Kita melihat ada seseorang yang memakan daging unta, setelah itu ia langsung shalat. Yang ia lakukan tidak perlu diingkari. Masalah ini masuk dalam perkara silang pendapat. Sebagian ulama menyatakan, wajib berwudhu ketika memakan daging unta. Sebagian ulama mengatakan tidaklah wajib berwudhu. Namun, jika ingin membahas hal ini dan ingin menjelaskan kebenaran, tidaklah masalah.
Keempat: Apakah mengubah dengan tangan dilakukan untuk setiap keadaan? Jawabannya, tidak. Jika ada masalah, kita tidak perlu melarang kemungkaran dengan tangan. Kerusakan yang besar bisa saja terhindar, caranya dengan menerjang kerusakan yang lebih ringan.
Contoh: Ada yang melihat kemungkaran pada pemerintah. Kalau ia mengubahnya dengan tangannya, ia sebenarnya mampu. Namun, jika itu ditempuh, kerusakan akan terjadi. Kerusakan tersebut bisa jadi pada orang yang mengingatkan, pada keluarganya, pada orang-orang dekatnya yang mendukung dakwahnya. Jika kita takut kerusakan seperti itu, kemungkaran yang terjadi tak perlu diingkari. Hal ini sama maknanya dengan ayat,
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. Al-An’am: 108)
Kelima: Tangan adalah aalatul fi’li (organ untuk berbuat) sehingga disebutkan dalam hadits ubahlah dengan tangan. Oleh karena itu, perbuatan seseorang disandarkan pada tangannya seperti ayat,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syuro: 30)
Keenam: Ajaran Islam itu tidak ada kesulitan. Kewajiban itu tetap melihat pada kemampuan seseorang (istitho’ah).
Ketujuh: Jika seseorang tidak mampu mengubah kemungkaran dengan tangan, ia mengubahnya dengan lisan. Jika tidak bisa dengan lisan, ia mengubahnya dengan hati. Bentuk mengubah dengan hati adalah tidak suka dan bertekad saat memiliki kemampuan akan mengubahnya dengan lisan atau dengan tangan.
Ulama lain menyebutkan bahwa mengingkari kemungkaran dalam hati dengan cara:
(1) Benci akan kemungkaran tersebut.
(2) Berpindah dari tempat kemungkaran tadi.
Ibnu Rojab Al-Hambali rohimahullah mengatakan, “Pengingkaran suatu kemungkaran dengan hati adalah wajib bagi setiap muslim dalam segala keadaan. Adapun pengingkaran dengan tangan dan lisan dipandang dari kemampuan.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:246)
Kedelapan: Hati juga memiliki amalan. Hadits di atas menyebutkan, ubahlah dengan tangan, selanjutnya menyebutkan ubahlah dengan hati.
Kesembilan: Iman itu terdiri dari amal dan niat. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan dalam mengubah kemungkaran ada amal dan niat. Mengubah kemungkaran dengan tangan termasuk amal. Mengubah kemungkaran dengan lisan termasuk amal. Mengubah kemungkaran dengan hati termasuk dalam niat.
Kesepuluh: Kemungkaran diingatkan dengan cara yang halus dan lemah lembut. Sufyan Ats-Tsauri mengatakan,
لاَ يَأْمُرُ بِالمَعْرُوْفِ وَيَنْهَى عَنِ المُنْكَرِ إِلاَّ مَنْ كَانَ فِيْهِ خِصَالٌ ثَلاَثٌ : رَفِيقٌ بِمَا يَأْمُرُ ، رَفِيْقٌ بِمَا يَنْهَى ، عَدْلٌ بِمَا يَأْمُرُ ، عَدْلٌ بِمَا يَنْهَى ، عَالِمٌ بِماَ يَأْمُرُ ، عَالِمٌ بِمَا يَنْهَى
“Hendaklah memerintah pada yang makruf dan melarang dari kemungkaran dengan tiga hal:
(1) Lemah lembut ketika memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar.
(2) Bersikap adil ketika memerintah dan melarang.
(3) Berilmu pada apa yang akan diperintahkan dan yang akan dilarang.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:256)
Ibnu Rojab Al-Hambali menyebutkan perkataan Imam Ahmad berikut ini,
وقال أحمد : النّاسُ محتاجون إلى مداراة ورفق الأمر بالمعروف بلا غِلظةٍ إلا رجل معلن بالفسق ، فلا حُرمَةَ له ، قال : وكان أصحابُ ابن مسعود إذا مرُّوا بقومٍ يرون منهم ما يكرهونَ ، يقولون : مهلاً رحمكم الله ، مهلاً رحمكم الله .
“Imam Ahmad berkata, ‘Manusia itu membutuhkan sikap lemah lembut (mudaaroh) dan lemah lembut ketika diingatkan pada kebaikan dan kemungkaran. Hal yang dikecualikan adalah orang yang terang-terangan dalam kefasikan, maka ia tidak dimuliakan. Para murid Ibnu Mas’ud jika melewati sekelompok orang yang mereka pandang sedang berbuat jelek, mereka mengatakan, ‘Tak perlu tergesa-gesa, tak perlu tergesa-gesa, semoga Allah merohmati kalian.’” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:256)
Dilanjutkan oleh Imam Ibnu Rojab, Imam Ahmad rohimahullah berkata,
يأمر بالرِّفقِ والخضوع ، فإن أسمعوه ما يكره ، لا يغضب ، فيكون يريدُ ينتصرُ لنفسه .
“Perintah lemah lembut dan halus tetap ada walaupun sedang mendengar kemungkaran yang tidak disukai. Saat itu, janganlah dahulukan emosi. Itulah orang yang disebut meraih kemenangan pada momen tersebut.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:256)
Bab VII. Ghibah Yang Dibolehkan Secara Ijma'
Ghibah diperbolehkan apabila untuk mencapai tujuan yang dibenarkan syara', dimana tujuan itu tidak akan tercapai kecuali dengan jalan ghibah. Imam Nawawi menyebutkan ghibah diperbolehkan dalam 6 hal:
1. Untuk mengadukan perbuatan zhalim kepada penguasa atau wali hakim.
Ini dilakukan bila seseorang yakin bahwa penguasa tersebut mampu menghentikan kezaliman yang sedang terjadi. Misalnya, seseorang mengatakan: "Si Fulan telah menganiaya dan menyakiti saya". Maka, tindakan ini dibolehkan dan tidak ada dosa padanya.
2. Minta tolong untuk mengubah kemungkaran dan mengembalikan ke jalan yang benar.
Ghibah dalam kondisi ini adalah ketika seorang Muslim meminta tolong kepada orang lain yang diharapkan mampu mengubah kemaksiatan. Misalnya "Si fulan berbuat begini" dan lain sebagainya dengan maksud melenyapkan kemungkaran.
3. Meminta kepastian hukum atau fatwa
Misalnya, seorang wanita berkata kepada ulama,"Suami saya telah memukul dan menzalimi saya. Bagaimana hukumnya?" Maka, hal tersebut dibolehkan dalam Islam karena bukan termasuk mengumbar aib seseorang.
4. Memperingatkan atau menasehati kepada kaum muslimin agar tidak terjerumus dalam kejahatan.
5. Menyebutkan keburukan ahli maksiat atau ahli bid’ah.
Ini dilakukan supaya kaum Muslimin terhindar dari keburukan tersebut. Misalnya, ada tokoh yang menganjurkan pacaran, zina dan lain sebagainya yang bertujuan menyesatkan umat Muslim.
6. Memberi penjelasan atau pengertian, misalnya ada seseorang yang lebih dikenal denan gelar: "si Buta, si Tuli, si Bisu" dan lain sebagainya.
Seperti juga pak jenggot, pak kumis dll.
Bab VIII. Kisah Pertemanan karena Allah Vs Hawa Nafsu
Berikut ini insya Allah berisi ringkasan kisah sebuah pertemanan di kehidupan nyata, tapi sengaja aku bercerita dengan menggunakan nama samaran..semoga ada ibroh yang bisa diambil.
1. Kembali ke kampung halaman dan makar pak Jenggot.
Pada tahun 2010 M setelah diriku lulus kuliah dan belajar agama di ponpes Salafiyyah beragam Versi selama 7 tahun, maka diriku kembali ke kampung halaman. Untuk mengamalkan wasiat Nabi, maka diriku pun memelihara beberapa kambing. Keadaan keluargaku menjadi berubah atau sering ribut sejak kehadiran pak Jenggot dan syaithon Saif dari aliran jam'iyyah Salafiyah. Dirinya terbukti telah dusta dan khianat karena sebelum meminang saudariku, diriku mengajukan 3 syarat yaitu (1) tidak menikah di Blora, (2) tidak tinggal di kampung sini dan (3) harus mandiri (tidak menambah beban keluargaku). Jika dirinya tidak menyanggupi, maka tentu pinangan aku tolak. Dia pun menyanggupi. Karena waktu itu diriku masih husnuzhon terhadapnya..maka cukuplah Allah sebagai saksi.
Setelah terbukti dusta dan khianat (yang mana dusta dan khianat bukan tabiat seorang mukmin) serta mendakwahkan kebathilan dan kesesatan maka keluargaku sering ribut sesuai Taqdir Allah. Dirinya gemar mencari muka di hadapan bapakku ketika masih hidup..tapi lain hal ketika bapakku berada di rumah sakit maka diriku yang setiap hari mengurus sapi bapakku dan jika malam kembali berjaga di rumah sakit. Yang sering membantu aku adalah Qudaim kecil. Sedang pak jenggot sering klontang-klantung di rumah dan tidak bekerja..bahkan juga libur kerja jualan sari kedelai. Setelah bapakku meninggal dunia maka dia kehilangan perisai yang cukup diandalkan. Itu latar belakang permusuhanku dengan syaithon pak Jenggot dan syaithon pendusta Saif yang keduanya sama-sama pernah belajar ilmu sihir (sebagaimana pengakuan dari Saif sendiri).
Sebagaimana umumnya para syaithon walau tidak mampu mendatangkan burhan (hujjah dan kalam Salaf), maka 2 syaithon pendusta dari bangsa manusia ini pun tidak ridho dan enggan diajak berhakim kepada Allah 'Azizun Hakim. Dan telah Allah tetapkan bahwa para syaithon itu musuh bagi orang-orang mukmin. Mereka mengajak kepada kesesatan dan maksiat kepada Allah. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
2. Pertemuan dengan Argo awal pertemanan.
Pada tahun 2011 M diriku sering melihat Argo ketika dirinya nyelep padi di rumahku. Walau sedikit pangkling, diriku masih mengenali tanda wajah kecilnya. Tapi yang kuherankan waktu itu dia tidak pernah menyapaku. Diriku juga pernah minta bapakku pesan dedak ke Argo juga tidak pernah dia beri. Hingga suatu hari aku dipesenkan dedak ke Argo oleh teman kecilku dan sudah kuanggap seperti keponakanku bernama Qudaim. Sebelum remaja dia sering menemani dan membantuku termasuk ketika kambingku melahirkan..semoga Allah membalas kebaikan Qudaim kecil. Kemudian pada siang hari aku dengan ditemani Qudaim datang ke rumah Argo untuk mengambil 2 karung dedak yang kupesan. Itu pun Argo tidak menyapaku, dia menyambutku dengan dingin melebihi terhadap orang asing. Padahal rumah kami cukup dekat dan kami seumuran hanya selisih sekitar 40 hari. Ibunya pun dulu sering kesini menemui ibuku. Bahkan Argo minta agar karungnya dikembalikan pun juga lewat Qudaim dan tidak bicara ke aku langsung. Bertemu di jalan seperti bertemu dengan orang asing.
Setelah Qudaim remaja dan dekat dengan teman-teman sekolahnya, maka Argo mulai mendekatiku. Awalnya hubungan kami biasa saja seperti penjual dengan pelanggan..tapi lambat laun aku mulai simpati terhadapnya karena sering ketemu Argo waktu menyelep padi dan mengantar dedak yang aku pesan. Hingga suatu hari Argo kirim sms dan mengungkapkan intinya, "...terima kasih, sampeyan sudah kuanggap lebih dari teman dan lebih dari saudara."
Karena diriku cukup polos, maka dalam hati diriku senang jika memang dianggap lebih dari saudara. Terlebih ketika mengetahui masa kecil Argo sering diliputi kesedihan dan kurang mendapat kasih sayang dari ortunya karena cerai sehingga dirinya pun diasuh neneknya. Semoga Allah merohmati Argo kecil yang belum berdosa. Aku semakin salut terhadap dirinya dan dia pun mulai kuistimewakan. Di sisiku kedudukan Argo seperti tangan kananku atau seperti sebuah jari dari 5 jariku. Dalam arti jika jariku berkurang satu, meski bisa hidup normal tentu aku merasa kehilangan sebuah jariku. Andai rasa sakitnya sudah hilang, bekas potongan jari insya Allah akan sulit hilang kecuali Allah ganti dengan jari yang lebih baik. Mulai nyelep padi, membajak dengan traktor, membantu mengurus hewan qurban, beli dedak dll. Dirinya juga yang mendukung aku membuat rumah pada bulan Muharrom tepatnya pada hari Asyuro. Argo juga biasa mengambil jambu air ataupun Mangga jika berbuah. Kami saling bantu dan memberi manfaat untuk urusan dunia.
Aku pun pernah tanya Argo: "dirimu dekat denganku, apa tidak khawatir terpengaruh aku?" maka dijawab "jika terpengaruh diajak baik, aku malah senang. Aku justru khawatir berteman dengan orang jelek..nanti aku diajak mabuk."
Setelah tersebar kabar bahwa Argo itu teman dekatku..maka diriku seperti berada di jalan yang bercabang. Aku senang berteman dengan Argo..karena aku merasa punya teman kepercayaan sepeninggal bapakku. Tapi satu sisi aku juga takut hari Qiyamat. Yang mana sesama teman akan bermusuhan kecuali orang bertaqwa. Untuk membuktikan kebenaran ucapannya maka diriku pun mengujinya. Itu latar belakang pertengkaran kami..karena diriku mengajaknya menjaga sholat dan tidak konsumsi asap beracun yang bukan halalan thoyyiban.
3. Ujian Pertemanan dengan Argo akibat dusta dan inkar janji.
Untuk membuktikan ucapan Argo yang menganggap aku lebih dari teman maka aku meminta Argo untuk menjaga sholat demi kebaikan dirinya. Aku juga minta dia tidak menghirup asap beracun demi kebaikan dia sekeluarga. Disamping aku tidak ingin melihat Argo sakit. Tapi dirinya tidak mempercayai nasehatku dan lebih mempercayai pak jenggot yang punya tabiat dusta dan khianat. Kemudian Argo mulai menjauhiku. Sejak saat itu kemudian aku merasa apa yang diucapkan ternyata dusta.?
Meski hubungan kami mulai renggang..insya Allah aku tetap berupaya dan ingin menjadi kawan sejatinya. Ketika Fujair lahir maka aku pun turut senang..sehingga Argo kuberi hadiah uang untuk membantu 2/5 biaya kelahiran.
4. Perubahan pada Argo akibat pergaulan dengan pak jenggot.
Aku memang beda dengan pak Jenggot Salafiyyah yang mana orang kafir, shohibul bid'ah, pecinta dunia dan anjing-anjing dunia dari ahlu hawa tetap dijadikan teman. Tapi itu wajar saja kerena dirinya pun pernah belajar sihir kesaktian, menyanyi di masjid, pacaran dll. Bisa saja jin jahatnya masih setia bersamanya sebagaimana keberadaan syaithon qorin yang mengajak kepada kesesatan.? Rumahnya saja banyak shuroh bernyawa..rumah yang dibenci malaikat rohmat dan dicintai syaithon.? Na'udzubillah.
Melihat Argo selalu menghindar dariku, akhirnya diriku tidak bisa menahan diri. Sampai pada suatu kesempatan tepatnya pada hari Kamis 31-12-2015 aku bertemu Argo di sawah. Aku bilang kepadanya intinya: "jangan bermuka dua. Engkau pendusta. Dusta lebih dari 19 kali dan tidak tepat janji".
Argo kemudian emosi dan kami saling mengangkat suara. Bahkan dadaku sempat didorong kemudian dipisah tetangga yang kebetulan di sawah. Dia merasa dirinya benar, tapi takut diajak berhakim kepada Allah untuk buktikan.
Dengan bertengkar seperti itu aku kira bisa melupakannya. Tapi hatiku justru merasa sedih karena Argo memusuhiku..sehingga imbasnya kambing-kambingku menjadi kurang terurus. Sebagian kambing ada yang mati karena sakit & sebagian insya Allah ada yang mati dengan sebab dibunuh syaithon pada malam hari akibat diriku lengah. Ketika ambil rumput jariku pun sering tergores sabit karena banyak pikiran.
5. Kegembiraan sesaat waktu ishlah.
Lebih dari 5 tahun kami bertengkar ternyata aku gak bisa membenci Argo walau aku tahu kejelekannya. Aku masih ingat dirinya cukup semangat mendukungku membuat rumah di bulan asyuro, maka aku pun berupaya mengajak damai. Hingga suatu hari kami pun bisa ishlah(damai) tepatnya hari Ahad, 08 Robi'ul Awwal 1442 H (25-10-2020 M) atau waktu awal memasuki musim penghujan tahun 2020. Dirinya datang ke rumahku dan kusambut dengan gembira setelah sekian lama tidak pernah duduk-duduk bersama. Dia pun janji kelak insya Allah akan mengantar aku berangkat haji. Kemudian pada suatu sore Argo kesini dengan Fujair kecil mk Fujair pun aku gendong sebentar seperti terhadap keponakanku.
Aku pun janji bahwa selama aku hidup 10% buah-buahanku adalah hak Argo sebagai hadiah. Janjiku insya Allah sudah tertulis di Lauh Mahfuzh. Argo juga pernah menemani aku sholat pada tanggal 21 Jumadil Akhir 1442 H ( 03-02-2021 M), sehingga di sisiku Argo seperti kertas putih lagi..itu hari yang paling bahagia waktu bersama Argo. Tapi ternyata itu tidak lama..para syaithon mungkin tak suka mengetahui kami akrab, sehingga mencegah Argo untuk mengerjakan sholat Jum'at. Kami pun bertengkar lagi. Qodarullahi wa maa sya-a fa'ala..Ketentuan Allah, dan apa yang Dia Kehendaki telah Dia kerjakan.
6. Putus pertemanan karena Allah vs hawa nafsu akibat kejahatan pak jenggot dan para syaithon.
Amar ma'ruf nahi munkar hukumnya fardhu kifayah..jika tiada seorang pun yang menunaikan tanpa ada udzur maka semua orang berhak menanggung dosa. Meninggalkan sholat itu dosanya jauh lebih besar daripada minum khomr (arak), riba, mencuri ataupun zina. Mungkin ini diantara kedunguan pak Jenggot..kenapa dia tidak sekalian duduk-duduk ke tempat lokalisasi perzinaan.? Kemudian amar ma'ruf nahi munkar itu wajib bukan hanya ditujukan kepada anak kita saja, tapi untuk semua manusia. Jika pak jenggot dan Argo taat kepada iblis atau dukun..apa keduanya berarti anaknya iblis atau dukun.???
Sebelum terjadi pertengkaran gelombang ke-2, Argo sudah sering kuingatkan intinya
"silahkan blokir nomorku (agar aku gak bisa lagi mengajak sholat ataupun minta menjauhi kejelekan). Tapi jika kamu memblokir nomorku, maka itu bukti menunjukkan kamu gak menganggap aku sebagai teman.?".
Karena sudah 7 tahun aku belum juga melihat Argo sholat Jum'at..hanya sekedar janji kosong dan tidak ditunaikan maka akhirnya kuperingatkan dengan tegas tentang ancaman balasan karma dari Allah yang intinya sbb: (1) hidup tidak tenang dan diselimuti banyak keluh kesah(perkara harta, pertanian, kesehatan, dll), (2) menjadi budak dunia sehingga badan letih tapi hatinya tidak puas, (3) ganti dikhianati/ditinggalkan teman atau orang-orang kepercayaannya, (4) tidak merasakan bahagia haqiqi, (5) berhak terhinakan dan mendapat balasan karma dari Allah di dunia/Akhirat akibat mengkonsumsi asap beracun dan lain-lain. Kemudian kusebut munafiq karena sering dusta, ingkar janji dan khianat..yang mana 3 perkara ini insya Allah umumnya bisa menjadi sebab permusuhan dalam hubungan pertemanan.
Pada malam Rabu 2 Romadhon 1442 H (14-04-2021 M) sekitar tengah malam dengan ditemani istrinya, Argo mendatangi rumahku dalam keadaan emosi. Aku terbangun ketika terdengar bunyi telpon. Waktu itu aku gak tahu jika Argo di depan rumahku. Aku kira Argo nelpon dari rumah. Maka diriku kirim pesan nanti saja jika sudah tidak menahan marah. Tapi kemudian pintu rumahku digedor-gedor keras sambil mengancam akan didobrak. Maka pintu rumah segera kubuka dan diriku sengaja hanya diam karena tidak ingin ribut pada tengah malam sehingga ganggu tetangga. Setelah kemarahan agak reda maka dia pun pulang.
Untuk membuktikan bahwa diriku tidak takut terhadap Argo, maka besoknya pada dini hari aku sengaja datang ke rumahnya sambil bawakan kurma, pisang dan uang 20 ribu (uang kelebihan beras yang kupesan). Dengan sabar aku tunggu sampai dia terbangun untuk makan sahur. Niatku dari rumah jika Argo memuiku dengan baik dan menerima pemberianku, mungkin itu hari terakhir dan juga perpisahan. Jika memang putus pertemanan..yang kuinginkan bukan dalam keadaan salah paham, tapi karena ruh kami yang tidak bisa berkumpul. Niat baikku disambut dengan emosi. Hingga kemudian dua lenganku dicengkram dengan kuat. Aku hanya menatap dirinya sambil berkata "terserah dirimu mau kamu apakan aku". Maka ibunya buru-buru keluar untuk melerai. Kemudian bungkusan plastik kresek yang awalnya akan kuberikan Argo akhirnya kuberikan ibunya. Kemudian aku pulang dengan menahan sedih. Alhamdulillah ala kulli hal.
Kemudian pada hari Jum'at 4 Romadhon 1442 H (16-04-2021 M) aku melihat Argo sholat Jum'at di masjid. Alhandulilah..dalam hati aku sangat senang, walau akibatnya dia mungkin membenciku. Firasatku benar pada Jum'at sore Argo datang kesini minta bantuan pak Jenggot. Dengan angkuh Argo menghinakan aku di depan pak Jenggot dan membentak saudariku yang berupaya melerai. Dia mengancamku akan dilaporkan desa. Mungkin dia kira gertakan membuatku takut, maka untuk menghancurkan keangkuhan Argo dan pak Jenggot hari Ahad pagi 6 Romadhon 1442 H (18-04-2021 M) aku menunggu Argo di jalan dekat rumahnya. Setelah dia menghampiriku kuberikan selembar tulisan bahwa masalah ini akan kulaporkan ke kepala dusun nanti ba'da Maghrib. Setelah aku pulang, Argo segera menyusulku. Argo kuminta agar dirinya pulang saja kemudian aku ditarik supaya keluar rumah sambil ninju pipiku. Dia kemudian minta bantuan pak Jenggot. Entah karena kedunguannya atau mungkin mendapat wahyu dari syaithon, maka pak Jenggot langsung membela Argo dan memvonis diriku yang keliru. Nabi Dawud saja ketika menghakimi 2 orang berselisih dan masing-masing pihak ditanya, itu saja pernah salah menghakimi (tidak tepat). Apalagi pak jenggot yang prosedurnya saja sudah bathil dan hanya bersandar hawa nafsunya. Dia gembira menyaksikan Argo mencelaku setelah tahu Argo habis ninju pipiku. Pak jenggot bak kesurupan syaithon kemudian berjoget riang dengan tarian sontoloyo bebek buang tahi ke arah qiblat seperti tarian banci. Mendengar adanya keributan maka kemudian salah satu pamanku datang berupaya melerai.
Setelah kepala dusun datang, maka pak Jenggot masuk rumah dan tak berani menampakkan diri. Mungkin dia khawatir kutuntut karena pak Jenggot justru memperkeruh keadaan sambil berjoget ria seperti kesurupan syaithon yang masuk bersama aliran darahnya.
Argo setelah meninju pipiku kemudian mengajak kepala dusun datang ke rumahku untuk diselesaikan secara damai. Di depan kepala dusun maka Argo sengaja kutekan untuk mengakui salah dan minta maaf kepadaku. Kemudian kami jabat tangan dengan senyum dan mataku berkaca-kaca dalam hatiku "kenapa dirimu tega terhadapku? Kita adalah teman. Tanpa minta maaf pun insya Allah aku akan selalu berupaya memaafkanmu..kecuali jika engkau bersekutu dengan pak jenggot. Aku terpaksa menekanmu untuk minta maaf sebagai pelajaran agar tidak kamu ulangi."
Di depan diriku dan Argo, maka kepala dusun pada tanggal 18-04-2021 M memutuskan intinya: "Supaya gak ada masalah lagi..mulai sekarang mas Argo jangan dekat dengan mas Teguh dan jangan dekat dengan pak Jenggot."
Seiring berjalannya waktu maka diriku mengetahui permintaan maaf Argo tidak tulus dan merasa dirinya yang benar. Insya Allah itu bisa terlihat pada tanda di wajahnya. Dan itu terbukti dirinya mengklaim benar dan menyalahkan diriku.
Allah, malaikat dan Bumi insya Allah sebagai saksi Argo tidak mau menjauhi syaithon pak jenggot. Sebagaimana kusaksikan sendiri dan kuperingatkan pada hari Sabtu, 25 Juni 2022. Argo insya Allah tidak mungkin berani sumpah untuk mengingkari bahwa dirinya tidak mau menjauhi pak jenggot sebagaimana Argo menjauhiku. Jika di dunia bisa menghindar dari hukum Allah, apa di Akhirat yaqin mampu menghindar dari hukum Allah.??
Jika Argo mengatakan bahwa aku tidak berhak mengatur dirinya, maka dia pun juga tidak berhak mengatur diriku. Ini baru adil kan? Sehingga diriku pun punya hak untuk tunaikan kewajiban yang Allah perintahkan dalam amar ma'ruf nahi munkar.
7. Ketika sebuah harapan berbeda dengan Taqdir Allah.
Jika Argo merasa sakit hati..silahkan tanya kepada hati nurani, gimana andai keadaan dibalik..misal dia posisinya menjadi diriku yaitu dalam posisi benar kemudian dihina, sering dibentak, dikeroyok dengan minta bantuan syaithon musuhku, pintu rumah digedor-gedor keras pada tengah malam dan mau didobrak, 2 lenganku pernah dicengkram keras, didorong, pipi ditinju dll..jika dia yang mengalaminya apa gak lebih sakit hati.?? Jika Argo yaqin benar dan tidak zholim, kenapa tidak mau kuajak berhakim kepada Allah?
Andai itu bukan Argo..mungkin sulit bagiku untuk memaafkannya sampai hari Qiyamat. Apa Argo tidak merasakan belakangan aku lebih banyak diam dan tidak menanggapi ucapannya ketika ketemu..insya Allah bukan karena aku takut terhadapnya? Diriku lebih banyak diam karena tidak ingin menambah luka di hati Argo. Sehingga aku hanya berupaya menjadi pendengar baik ketika Argo emosi dan marah.
Diriku menasehati Argo dan mengajak kepada kebaikan karena diriku berharap semoga pertemanan kami bisa kekal di dunia dan di Jannah. Bukan di dunia kami akrab, tapi di Akhirat saling musuhan akibat pertemanan terjalin karena hawa nafsu ataupun karena tujuan dunia. Na'udzubillah.
Setiap taqdir Allah terdapat hikmah yang agung dan sempurna, sehingga berhak kita cintai..sehingga dengan mencintai Taqdir Allah insya Allah bisa menjadikan kita selalu bahagia di dunia dan Akhirat. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
8. Pengaruh Akibat Dosa dan Maksiat.
Diantara pengaruh maksiat dan dosa:
(1) Maksiat adalah penyebab hinanya seorang hamba di hadapan Allah dan berhak mendapat adzab.
Hasan Al Bashri rohimahullah berkata: "Derajat mereka menjadi rendah di hadapan Allah. Oleh sebab itu mereka berbuat maksiat. Kalau mereka berkedudukan mulia di hadapan Allah, tentu Allah akan memelihara mereka. Allah berfirman:
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَسْجُدُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُوْمُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَاۤبُّ وَكَثِيْرٌ مِّنَ النَّاسِۗ وَكَثِيْرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُۗ وَمَنْ يُّهِنِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ مُّكْرِمٍۗ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ ۩ۗ
" Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki." (QS. Al Hajj: 18).
(2) Dosa itu Membawa Sial Bagi Dirinya dan yang di sekitarnya.
Selain bagi pelaku dosa, orang lain pun dari kalangan manusia maupun binatang bisa sama-sama merasakan akibat kesialan dari dosanya. Sehingga pelaku dan orang lain pun ikut terimbas kesialan dosa dan perbuatan zholim tersebut.
(3) Kemaksiatan dapat menimbulkan kehinaan.
Kemuliaan yang sesungguhnya adalah dalam ketaatan kepada Allah. Abdullah bin Al Mubarok berkata:
"Aku tahu, bahwa dosa-dosa itu mematikan hati bila kecanduan dosa, akan lahir kehinaan jiwa,
Meninggalkan dosa berarti menghidupkan hati maka yang terbaik untuk diri kita adalah meninggalkannya."
(4) Karena dosa, kehormatan dan martabat seorang hamba di hadapan Allah menjadi jatuh.
Demikian juga di hadapan orang lain. Karena makhluq yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa. Orang yang paling dekat di sisi Allah adalah yang paling taat kepada Allah.
(5) Dosa menimbulkan kegersangan yang amat sangat dalam hati.
Para pelaku dosa akan mendapatkan hatinya begitu gersang, yang kegersangan itu membuat dinding antara dirinya dengan Robbnya. Hidup yang paling pahit adalah hidup orang yang berhati gersang.
(6) Dosa dapat menghilangkan berbagai kenikmatan dan mengundang berbagai bencana.
Allah berfirman:
وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ
"Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)."
(QS. Asy Syuro: 30).
(7) Dosa dapat mencabut nama baik dan kemuliaan seseorang.
Sebaliknya dosa akan melekatkan nama buruk dan kehinaan pelakunya. Status sebagai mukmin sejati, orang baik, orang yang berbuat ihsan, orang bertaqwa, orang taat, orang yang tawakkal, orang sholih, ahli ibadah dan lain-lain bisa tercabut dari diri pelaku dosa. Sebaliknya justru dilekatkan padanya gelar sebagai orang fasiq, ahli maksiat, penyeleweng, pendusta, syaithon, orang jahat dan sejenisnya.
9. Upaya Mengajak Ishlah/damai.
Aku sudah sering berupaya mengajak ishlah, tapi Argo yang tidak menginginkan damai. Mungkin karena dirinya pegang prinsip "orang jika punya hubungan dekat kemudian bertengkar itu tidak bisa baikan lagi.?" Setahuku itu keyeqinan bathil. Hal seperti itu bisa terjadi umumnya karena lebih mendahulukan hawa nafsu.
Pada tanggal 19-06-2021 M pun aku kirim pesan untuk Argo yang isinya:
"Bismillah..
Untuk kawanku Argo. Gimana jika kita membuat perjanjian? Isinya: (1) kita sama-sama menjaga sholat wajib (termasuk sholat Jum'at), (2) kita bersikap seperti dulu (bukan seperti orang bertengkar/sengaja menjaga jarak), (3) kita tidak saling sms, kecuali isinya memberi kabar/semakna "aku ada perlu, bisa ketemu di rumah atau dimana?", (4) kita saling tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa (termasuk mengantar berangkat haji), (5) kita tidak boleh bertengkar selama di dunia.
Aku mengajak ini..karena aku beriman adanya balasan karma (=amal perbuatan) dari Allah di dunia/Akhirat. Sebagai kawanmu..aku mengkhawatirkanmu. Kuharap kamu bisa menerima dan sepakat dengan isi perjanjian ini. Gimana bro?"
Tapi tidak pernah ditanggapi..padahal dulu Argo pernah bilang bahwa dirinya bukan pedendam dan tidak pernah membenciku.
10. Upaya apa lagi yang sebaiknya aku tempuh dan sesuai ajaran Islam?
Insya Allah diriku sudah berupaya semampuku..diantaranya:
(1) aku mengajak ishlah, tapi Argo tidak menginginkan damai.?,
(2) Aku ajak berhakim kepada Allah untuk minta keadilan Allah dan buktikan siapa yang benar..tapi Argo tidak ridho?,
(3) Aku ajak diselesaikan desa..tapi pipiku malah ditinju.
(4) Di depan kepala dusun..dirinya mengakui dirinya salah dan minta maaf kepadaku. Tapi faktanya masih merasa dirinya yang benar.
(5) Kepala dusun sudah memutuskan, "Supaya gak ada masalah lagi..mulai sekarang mas Argo jangan dekat dengan mas Teguh dan jangan dekat dengan pak jenggot.."
Tapi gimana fakta..Argo tidak mau menjauhi pak jenggot sebagaimana dirinya menjauhiku.
(6) Aku tetap pegang janji dan katakan kepada Argo, "10% hasil pohon buah-buahan milikku selama aku masih hidup tetap menjadi hakmu, sehingga dirimu bebas mengambil meski tanpa izin. Itu semua sudah taqdir yang Allah tetapkan di Lauh Mahfuzh."
(7) Waktu ketemu aku juga berkata kepada Argo, "Beritahu diriku apa yang kamu sukai dan kamu benci? Selama bukan perkara haram dan tidak menyelisihi kebenaran..semoga sisa hidupku bisa menyenangkanmu." Tapi dia menjawab, "tidak ada.". Wa Allahu a'lam.
رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ
"“Ya Robb-ku, berilah keputusan dengan adil. Dan Robb kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kalian katakan.."
Bersambung...bagian 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar