WALIMAH SEBELUM DAN SESUDAH HAJI
Mengadakan Walimah Pulang Dari Safar Dan Sepulang Haji
Walimah untuk menyambut orang yang pulang dari safar (termasuk pulang safar dari haji atau safar bukan maksiat) diiringi dengan acara makan-makan, hukumnya boleh. Atau jama'ah haji sendiri yang menyediakan makanan kemudian mengundang tetangganya untuk makan-makan, hukumnya boleh. Terdapat beberapa dalil yang menunjukkan bahwa para Shahabat merayakan kegembiraan ketika menyambut kedatangan musafir, baik safar haji, umrah, berdagang, maupun yang lainnya (bukan safar maksiat).
Dari ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan,
لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مَكَّةَ – أي : في فتحها – اسْتَقْبَلَتْهُ أُغَيْلِمَةُ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، فَحَمَلَ وَاحِداً بَيْنَ يَدَيْهِ وَآخَرَ خَلْفَهُ
“Ketika Nabi ﷺ datang ke Mekah –pada waktu fathu Mekah– anak-anak dari keturunan Abdul Muthallib menyambut beliau. Ada yang dinaikkan di depan onta beliau dan yang lain dibonceng di belakang.” (HR. Bukhari 1798).
Kisah yang lain, Abdullah bin Zubair, pernah berkata kepada Ibnu Ja’far radhiyallahu ‘anhu,
أَتَذْكُرُ إِذْ تَلَقَّيْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَأَنْتَ وَابْنُ عَبَّاسٍ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، فَحَمَلَنَا وَتَرَكَكَ
"Apa kamu masih ingat ketika kita menyambut Rasulullah ﷺ, aku, kamu, dan Ibnu Abbas?
Ibnu Ja’far menjawab: “Ya, beliau menaikkan kami di atas tunggangannya dan tidak mengajakmu.” (HR. Bukhari 3082).
Abdullah bin Ja’far juga pernah mengatakan :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ تُلُقِّيَ بِنَا .فَتُلُقِّيَ بِي وَبِالْحَسَنِ أَوْ بِالْحُسَيْنِ. فَحَمَلَ أَحَدَنَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَالْآخَرَ خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلْنَا الْمَدِينَةَ
"Apabila Nabi ﷺ pulang dari safar, kami menyambutnya. Aku menyambut beliau bersama Hasan atau Husain. Beliau memboncengkan kami satu di depan dan satu di belakang, hingga kami masuk kota Madinah.” (HR. Muslim 2428).
Walimah dan acara makan-makan ketika pulang dari safar dinamakan naqi’ah.
وقال النووي رحمه الله: "يستحبُّ النقيعة؛ وهي طعام يُعمل لقدوم المسافر، ويُطلق على ما يعمله المسافر القادم، وعلى ما يعمله غيرُه له... وممَّا يستدل به لها: حديث جابر رضي الله عنه: أنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم، لما قدم المدينة من سفره، نحَر جزورًا أو بقرةً"؛ رواه البخاري".
المجموع: (٤/ ٤٠٠).
Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan : "Dianjurkan mengadakan naqi’ah, yaitu hidangan makanan yang disiapkan untuk kedatangan musafir. Baik disiapkan oleh musafir yang datang, atau disiapkan orang lain untuk menyambut kedatangan musafir...."
Lebih lanjut, imam An-Nawawi menyebutkan, "Diantara dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah ﷺ ketika pulang dari safar dan masuk Madinah, beliau menyembellih onta atau sapi. (HR. Al Bukhari). (lihat al-Majmu’ Syarah Muhadzdzab, 4:400).
Mengadakan Walimah Sebelum Safar Haji
Mengadakan walimah sebelum safar maka ini tidak termasuk ke dalam jenis walimah yang disyariatkan. Karena ia adalah walimah yang berkaitan dengan haji dan disematkan kepadanya, (kaidah menyatakan) “Setiap apa yang disematkan kepada hukum syariat, maka ia membutuhkan dalil yang menshahihkannya”. Dan tidak ada nukilan dari para Salafush sholih (para Shahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in) yang mengadakan walimah sebelum safar haji.
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar