Senin, 31 Juli 2023
Sabtu, 29 Juli 2023
Menjaga Harta, Keluarga, Nyawa, Atau Agama Bagaikan Jihad
Menjaga Harta, Keluarga, Nyawa, Atau Agama Bagaikan Jihad
عن سعيد بن زيد، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «من قُتِلَ دُون مَالِهِ فهو شَهيدٌ، ومن قُتِلَ دُون أهْلِهِ، أو دُونَ دَمِهِ، أو دُون دِيْنِهِ فهو شَهيدٌ».
[صحيح] - [رواه أبوداود والترمذي والنسائي وأحمد]
Sa'id bin Zaid meriwayatkan dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda, "Siapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka dia syahid. Siapa yang terbunuh karena mempertahankan keluarganya, nyawanya, atau agamanya maka dia syahid."
(Hadits shahih - Diriwayatkan At Tirmidzi)
Hadits ini memberikan pelajaran, bahwa orang yang diserang oleh pencuri atau perampok dan berusaha mengambil hartanya secara paksa tanpa alasan yang dibenarkan agama maka dia wajib melawannya demi mempertahankan hartanya. Bila kemudian dia terbunuh lantaran mempertahankan hartanya tersebut, maka dia syahid secara hukum dan pahala di sisi Allah Ta'ala, tetapi tidak seperti yang mati syahid dalam perang yang jenazahnya tidak dimandikan. Demikian halnya orang yang terbunuh karena mempertahankan dirinya atau membela kehormatannya terhadap orang yang hendak mengganggu istrinya atau wanita-wanita mahramnya, maka baginya di sisi Allah Ta'ala pahala seperti pahala syuhada. Hadits ini menjadi dasar bagi para fuqaha dalam perkara yang diistilahkan dengan "daf'u ash-sho`il", yaitu mempertahankan diri dari para penjahat (orang zhalim).
Kezholiman Terhadap Tanaman Siwak Yang Termasuk Sunnah Nabi
Rasulullah ﷺ bersabda :
السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ (رواه أحمد)
“Siwak menjadikan bersih bagi mulut dan mendatangkan keridhaan Rabb (Allah).“ (Hadits shahih riwayat imam Ahmad, Irwaul Ghalil no 66)
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ )) رَوَاه ُالنَّسَائِيُّ وَابْنُ خُزَيْمَةَ فِي صَحِيْحِهِ بِأَسَانِيْدَ صَحِيْحَةٍ .
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siwak itu pembersih mulut dan (penyebab) keridhaan Rabb.” (HR. An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab sahihnya dengan sanad yang shahih)
Akan tapi tanaman Siwak yang bisa menjadi sebab keridhoaan Robbuna Allah..dipotong secara zhalim. Semoga kezhalimannya Allah viralkan di kalangan malaikat dan penduduk langit..
Laa haula wa laa quwwata illa billah..
Rabu, 26 Juli 2023
Minggu, 23 Juli 2023
Ancaman Allah Atas Orang-orang Zhalim "Balasan Sesuai Dengan Amalan" ( الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ )
Ancaman Allah Atas Orang-orang Zhalim
"Balasan Sesuai Dengan Amalan" ( الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ )
Perlu kita pahami keyakinan tentang "Balasan Amalan" atau kaidah (الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ "Balasan Sesuai Dengan Amalan") itu ada perbedaan dengan "Karmaphala" (yang berasal dari dua kata yaitu karma (=amal perbuatan/aksi) dan phala (=buah/hasil). Karmaphala berarti "buah dari perbuatan") yang dipahami ajaran agama lain sebagaimana juga terkait perkara puasa, syaithan, Jannah (Surga) ataupun Neraka.
Allah itu Maha Adil. Maaliki Yaumid diin, Pemilik Hari Pembalasan kelak. Jika ada yang berkhianat kepada kita, pasti akan ada hukuman yang sangat adil oleh Al-Maalik di akhirat besok. Allah Ta’ala berfirman :
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
“ Dan janganlah sekali-kali engkau( Muhammad ) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim…..” (Q.S. Ibrohim 42)
Perbuatan zalim terlarang dalam Islam. Terdapat banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi ﷺ yang mencela dan melarang perbuatan zalim.
Allah Ta’ala berfirman:
أَلاَ لَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
“Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zhalim” (QS. Hud: 18).
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
“Dan begitulah azab Rabb-mu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras” (QS. Hud: 102).
نَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّتِي كُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ
“Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zhalim: “Rasakanlah olehmu adzab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu”” (QS. Saba: 40).
مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ
“Orang-orang yang zhalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya” (QS. Ghafir: 18).
إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu tidak mendapat keberuntungan” (QS. Al An’am: 21).
Dan ayat-ayat yang semisal sangatlah banyak. Adapun dalil-dalil dari As Sunnah, Nabi ﷺ bersabda:
قال الله تبارك وتعالى: يا عبادي، إني حرمت الظلم على نفسي، وجعلته بينكم محرمًا؛ فلا تظالموا
“Allah Tabaaraka wa ta’ala berfirman: ‘wahai hambaku, sesungguhnya aku haramkan kezaliman atas Diriku, dan aku haramkan juga kezaliman bagi kalian, maka janganlah saling berbuat zalim’” (HR. Muslim no. 2577).
Beliau juga bersabda :
اتَّقوا الظُّلمَ . فإنَّ الظُّلمَ ظلماتٌ يومَ القيامةِ
“Jauhilah kezhaliman karena kezhaliman adalah kegelapan di hari kiamat” (HR. Al Bukhari no. 2447, Muslim no. 2578).
Beliau juga bersabda :
المسلم أخو المسلم، لا يظلمه، ولا يسلمه
“Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh menelantarkannya” (HR. Muslim no. 2564).
Dan dalil-dalil yang mencela dan melarang perbuatan zalim datang dalam bentuk muthlaq, sehingga perbuatan zalim dalam bentuk apapun dan kepada siapa pun terlarang hukumnya. Bahkan kepada orang kafir dan kepada binatang sekalipun, tidak diperkenankan berbuat zhalim. Rasulullah ﷺ bersabda :
لَوْ غُفِرَ لَكُمْ مَا تَأْتُونَ إِلَى الْبَهَائِمِ , لَغُفِرَ لَكُمْ كَثِيرًا
“Andaikan perbuatan yang kalian lakukan terhadap binatang itu diampuni, maka ketika itu diampuni banyak dosa” (HR. Ahmad 6/441, dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2/41-42).
Dalam satu hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah berdoa agar dilindungi dari pemimpin yang zhalim:
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ هَذِهِ أُمَّتِي شَيْئاً فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ. وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهَا فَاشْفُقْ عَلَيْهِ. رواه مسلم
"Ya Allah, siapa saja yang memimpin (mengurus) urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah dia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia". (HR. Muslim No 1828)
اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ، وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، كُنْ لِيْ جَارًا مِنْ (فُلاَنٍ بْنِ فُلاَنٍ)، وَأَحْزَابِهِ مِنْ خَلاَئِقِكَ، أَنْ يَفْرُطَ عَلَيَّ أَحَدٌ مِنْهُمْ أَوْ يَطْغَى، عَزَّ جَارُكَ، وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ، وَلاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, Rabb Penguasa tujuh langit, Tuhan Penguasa ‘Arsy yang agung. Jadilah Engkau pelindung bagiku dari “Fulan bin Fulan”, dan para kelompoknya dari makhlukMu. Jangan ada seorang pun dari mereka menyakitiku atau melampaui batas terhadapku. Sungguh kuat perlindunganMu, dan agunglah pujiMu. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau.” Laa haula wa laa quwwata illa billah..
Rabu, 19 Juli 2023
Doa Shahih Awal Bulan Qomariyah dan Bisa Dibaca Awal Tahun
Doa Shahih Awal Bulan Qomariyah dan Bisa Dibaca Awal Tahun
■ Doa Pertama
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, Nabi ﷺ ketika melihat hilal (awal bulan), beliau mengucapkan :
اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ
ALLOHUMMA AHLILHU ‘ALAYNA BILYUMNI WAL IIMAANI WAS SALAAMATI WAL ISLAAMI. ROBBII WA ROBBUKALLAH...
"Ya Allah, tampakkanlah bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah." (HR. Ahmad, 1:162 dan Tirmidzi, no. 3451, dan Ad-Darimi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
■ Doa Kedua
Dari ‘Abdullah bin Hisyam radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كَانَ أَصحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَتَعَلَّمُونَ هَذَا الدُّعَاءَ كَمَا يَتَعَلَّمُونَ القُرآنَ إِذَا دَخَلَ الشَّهرُ أَو السَّنَةُ:
“Shahabat Nabi ﷺ mengajarkan doa sebagaimana mengajarkan Al-Qur’an di mana doa ini dibaca saat memasuki awal bulan atau tahun:
اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيْمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ، وَجِوَارٍ مِنَ الشَّيطَانِ، وَرِضوَانٍ مِنَ الرَّحمَنِ
ALLOHUMMA AD-KHILHU ‘ALAINAA BIL AMNI WAL IIMAANI WAS SALAAMATI WAL ISLAAM, WA JIWAARIM MINASY-SYAITHOONI, WA RIDHWANIM MINAR ROHMAANI
"Ya Allah, masukkanlah kami pada bulan ini dengan rasa aman, keimanan, keselamatan, dan Islam, juga lindungilah kami dari gangguan syaithan, dan agar kami mendapat rida Allah (Ar-Rahman). (HR. Al-Baghawi dalam Mu’jam Ash-Shahabah, sanadnya shahih. Imam Ibnu Hajar mensahihkan hadits ini dalam Al-Ishabah, 6:407-408. Hadits ini mauquf termasuk perkataan shahabat sesuai syarat kitab shahih).
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.
Selasa, 18 Juli 2023
Hadits : "... Setahun itu ada dua belas bulan dan di antaranya ada arba'atun hurum (empat bulan yang suci). ...."
Hadits : "... Setahun itu ada dua belas bulan dan di antaranya ada arba'atun hurum (empat bulan yang suci). ...."
عن أبي بكرة -ضي الله عنه- مرفوعاً: «إِنَّ الزمانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ والأَرْضَ: السنةُ اثنا عَشَرَ شَهْرًا، منها أربعةٌ حُرُمٌ: ثلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو القَعْدَةِ، وذُو الحَجَّةِ، والمحرمُ، ورَجَبُ مُضَرَ الذي بين جُمَادَى وشَعْبَانَ، أَيُّ شَهْرٍ هَذَا؟» قلنا: اللهُ ورسولُهُ أَعْلَمُ، فسكتَ حتى ظننا أنه سَيُسَمِّيهِ بغير اسمه، قال: «أَلَيْسَ ذَا الحَجَّةِ؟» قُلْنَا: بَلَى. قال: «فأَيُّ بَلَدٍ هَذَا؟» قلنا: اللهُ ورسولُهُ أَعْلَمُ، فسكتَ حتى ظننا أنه سُيَسَمِّيهِ بغير اسمه. قال: «أَلَيْسَ البَلْدَةَ؟» قلنا: بلى. قال: «فأَيُّ يَوْمٍ هَذَا؟» قُلْنَا: اللهُ ورسولُهُ أَعْلَمُ، فسكتَ حتى ظَنَنَّا أنه سيسميه بغير اسمه. قال: «أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ؟» قلنا: بَلَى. قال: «فَإِّنَّ دِمَاءَكُمْ وأَمْوَالَكُمْ وأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا في بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، وَسَتَلْقَونَ رَبَّكُمْ فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ، أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُم رِقَابَ بَعْضٍ، أَلَا لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ، فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يَبْلُغُهُ أَنْ يكونَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ»، ثُمَّ قال: «أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ، أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ؟» قلنا: نعم. قال: «اللَّهُمَّ اشْهَدْ».
[صحيح] - (متفق عليه)
Dari Abu Bakrah radhiyallāhu 'anhu, "Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan dan di antaranya ada empat bulan yang suci. Tiga berturut-turut, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram. Sedangkan keempatnya adalah bulan Rajab Mudhar antara Jumada dan Sya'ban." (Kemudian Nabi bertanya) "Bulan apakah sekarang?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau pun kemudian berdiam diri, sehingga kami menyangka bahwa beliau akan memberinya nama lain, selain dari nama yang biasa. Beliau bertanya lagi, "Bukankah ini bulan Dzulhijjah?" Kami menjawab, "Ya, benar." Beliau bersabda lagi, "Negeri apakah ini?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau terdiam lagi sehingga kami menyangka bahwa beliau akan memberinya nama lain selain dari nama yang biasa. Kemudian beliau bersabda, "Bukankah ini tanah haram?" Kami menjawab, "Benar." Beliau bertanya lagi, "Hari apakah ini?' Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Kemudian beliau berdiam diri sehingga kita menyangka kalau beliau akan memberinya nama lain lagi selain dari namanya yang biasa. Lalu beliau bersabda, "Bukankah hari ini hari Nahr?" Kami menjawab, "Benar." Beliau bersabda lagi, "Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian semua sebagaimana keharaman hari kalian ini, di negeri kalian ini dan di dalam bulan kalian ini. Dan kalian semua akan menemui Rabb kalian semua lalu Dia akan menanyakan kepada kalian tentang amalan-amalan kalian. Ingatlah, janganlah kalian kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku nanti, saling membunuh tanpa dasar kebenaran. Ingatlah, hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Mungkin saja sebagian orang yang diberi tahu akan lebih paham daripada sebagian orang yang mendengar langsung." Kemudian beliau bersabda, "Ingatlah, apakah aku telah menyampaikan ini? Ingatlah, apakah aku telah menyampaikan ini?" Kami menjawab, "Benar." Beliau bersabda lagi, "Ya Allah, saksikanlah!"
(Hadits shahih - Muttafaq 'alaih)
■ Nabi ﷺ berpidato pada hari Nahr (qurban), dan ini terjadi pada haji Wadak. Beliau mengabarkan bahwa zaman secara kebetulan pada tahun itu An-Nasi' (penundaan bulan haram) menjadi sesuai dengan apa yang telah disyariatkan oleh Allah di bulan-bulan haram. Sebab, pada masa jahiliyah sudah berubah dan diganti, yaitu ketika mereka melakukan An-Nasī` sehingga mereka menghalalkan bulan yang haram dan mengharamkan bulan yang halal. Hanya saja setelah itu Nabi ﷺ menjelaskan bahwa bilangan bulan ada dua belas bulan, yaitu Muharram, Shafar, Rabi''ul Awwal, Rabi''uts Tsāni, Jumada Ula, Jumada Tsaniah, Rajab, Sya'bān, Ramadhan, Syawwal, Dzulqa'dah dan Dzulhijah. Itulah bulan-bulan yang berjumlah dua belas bulan yang telah Allah tentukan sebagai bulan-bulan untuk ibadah sejak penciptaan langit dan bumi.
■ Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa dari dua belas bulan ini ada empat bulan haram; tiga bulan berturut-turut dan satu bulan terpisah. Tiga bulan yang berturut-turut itu ialah Zulqa'dah, Zulhijah dan Muharram. Allah menjadikannya bulan-bulan yang haram. Diharamkan di dalamnya pembunuhan, seseorang tidak boleh menganiaya orang lain di dalamnya. Sebab, bulan-bulan itu adalah bulan-bulan perjalanan manusia menuju ibadah haji ke Baitullah Al-Haram. Allah menjadikan bulan-bulan itu haram agar tidak terjadi peperangan di bulan-bulan ini saat manusia sedang berjalan menuju Baitullah Al-Haram. Inilah di antara kebijaksanaan Allah. Selanjutnya Rasulullah ﷺ bersabda, "bulan Rajab Mudhar antara Jumada dan Sya'ban." yaitu bulan keempat. Dulu, mereka pada zaman jahiliah menunaikan umrah di bulan ini sehingga mereka menjadikan bulan Rajab untuk umrah. Sedangkan bulan-bulan yang tiga untuk haji. Dengan demikian, bulan ini menjadi haram di mana diharamkan perang sebagaimana diharamkan di bulan Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram.
■ Setelah itu Nabi ﷺ bertanya kepada mereka, "Bulan apakah ini? Negeri apakah ini? Hari apakah ini?" Beliau menanyakan hal itu untuk menghadirkan semangat dan perhatian mereka, karena hal ini adalah hal yang agung. Beliau bertanya kepada mereka, "Bulan apakah sekarang?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Mereka heran Nabi ﷺ bertanya tentang bulan, padahal itu sudah diketahui, yaitu Dzulhijjah. Hanya saja karena adab mereka, mereka tidak mengatakan, "Ini bulan Dzulhijjah," karena hal ini sudah diketahui, tetapi begitu beradabnya, mereka mengatakan, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Beliau pun kemudian berdiam diri, karena manusia itu apabila berbicara lalu diam, maka orang-orang akan memperhatikan. Nabi ﷺ diam. Abu Bakrah berkata, "Sehingga kami menyangka bahwa beliau akan memberinya nama lagi selain dari nama yang dikenal. Beliau bertanya lagi, "Bukankah ini bulan Dzulhijjah?" Mereka menjawab, "Ya, benar." Beliau bersabda lagi, "Negeri apakah ini?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Mereka mengetahui bahwa itu Makkah, tapi karena adab dan penghormatan mereka kepada Rasulullah ﷺ, mereka tidak mengatakan, "Ini sesuatu yang sudah dikenal, kenapa engkau menanyakannya?" Mereka justru mengatakan, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau terdiam lagi sehingga mereka menyangka bahwa beliau akan memberinya nama selain dari nama yang dikenal. Kemudian beliau bersabda, "Bukankah ini tanah haram?" Al-Baldah adalah salah satu nama Makkah. Mereka menjawab, "Benar." Beliau bertanya lagi, "Hari apakah ini?' Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Sebagaimana yang mereka katakan di awal. Lalu beliau bersabda, "Bukankah hari ini hari Nahr?" Mereka menjawab, "Benar, wahai Rasulullah." Mereka tahu bahwa Makkah adalah haram dan sesungguhnya bulan Zulhijjah itu haram, hari Nahr (qurban) itu haram. Yakni, semuanya waktu-waktu haram yang dihormati. Beliau bersabda lagi, "Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian semua sebagaimana keharaman hari kalian ini, di negeri kalian ini dan di dalam bulan kalian ini." Rasulullah ﷺ menegaskan pengharaman tiga hal tersebut: darah, harta dan kehormatan. Semuanya diharamkan. Darah mencakup jiwa dan apa yang ada di bawahnya. Harta mencakup sedikit dan banyak. Kehormatan mencakup zina, homoseksual, tuduhan dan mungkin saja mencakup ghibah, celaan dan cercaan. Ketiga hal ini diharamkan bagi seorang muslim untuk menodainya dari saudaranya yang muslim.
■ Selanjutnya beliau bersabda, "Ingatlah, janganlah kalian semua kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku nanti, hingga saling membunuh tanpa dasar kebenaran!" Sebab, orang-orang muslim seandainya mereka saling membunuh satu dengan lainnya, maka mereka menjadi kafir, karena tidak ada yang menghalalkan darah orang muslim kecuali orang kafir.
■ Berikutnya Rasulullah ﷺ memerintahkan agar yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Yakni, hendaknya orang yang menyaksikan dan mendengarkan khotbahnya menyampaikannya kepada yang lainnya. Nabi ﷺ juga mengabarkan bahwa mungkin saja orang yang diberi tahu akan lebih paham daripada orang yang mendengar langsung. Wasiat dari Rasulullah ﷺ ini merupakan wasiat bagi orang yang hadir pada hari itu dan wasiat bagi orang yang mendengar hadisnya sampai hari kiamat. Kemudian beliau bersabda, "Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan ini? Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan ini?" Beliau bertanya kepada para shahabat radhiyallāhu 'anhum. Mereka menjawab, "Benar." Yakni, engkau telah menyampaikan. Beliau bersabda lagi, "Ya Allah, saksikanlah!"
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.
Senin, 17 Juli 2023
MENEPIS ANGGAPAN BATIL ADANYA KESIALAN PADA TANGGAL, TEMPAT, HARI, BULAN ATAU SEMISAL
MENEPIS ANGGAPAN BATIL ADANYA KESIALAN PADA TANGGAL, TEMPAT, HARI, BULAN ATAU SEMISAL
Allah Ta'ala berfirman :
أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ
“Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf : 131)
قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَإِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ
“Utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas’.” (QS. Yasin : 19)
Kita dilarang menuduh kesialan kesialan itu pada tanggal, hari, angka, bulan, tempat, nama anak atau semisal. Kita juga dilarang untuk mengganggap sial sesuatu hal. Misalnya ucapan karena ini sial, maka saya jadi sial. Rasulullah ﷺ pernah bersabda :
لاَ عَدْوَى ، وَلاَ طِيَرَةَ ، وَلاَ هَامَةَ ، وَلاَ صَفَرَ
• “Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah),
• Tidak dibenarkan beranggapan sial,
• Tidak dibenarkan pula beranggapan nasib malang karena tempat, juga
• Tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan Safar.” (HR Al-Bukhari No. 5757 dan Muslim No. 2220)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia menyebutkan hadits secara marfu’ (sampai kepada Rasul ﷺ) :
« الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ». ثَلاَثًا « وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ ».
“Ath Thiyaroh (beranggapan sial) adalah kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan”. Beliau menyebutnya sampai tiga kali. Kemudian Ibnu Mas’ud berkata, “Tidak ada yang bisa menghilangkan sangkaan jelek dalam hatinya. Namun Allah-lah yang menghilangkan anggapan sial tersebut dengan tawakkal.” (HR. Abu Daud no. 3910 dan Ibnu Majah no. 3538. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)
Doa Ketika Mendapat Perasaan Tidak Enak
Ketika muncul anggapan sial atau perasaan tidak enak, maka buang jauh-jauh dan hendaknya tawakkal kepada Allah. Yakinlah ini takdir Allah yang terbaik untuk makhluk-Nya. Ketika mendapatkan hal yang tidak mengenakkan, ucapkanlah:
اللَّهُمَّ لاَ يَأْتِى بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ
(Allahumma laa ya’ti bilhasanaati illa anta. Wa la yadfa’us sayyi-ati illa anta. Wa laa hawla wa laa quwwata illa bika.)
“Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau..,
Tiada pula yang dapat menolak keburukan kecuali Engkau.., serta
Tidak ada yang dapat mengubah keadaan seseorang, dan tidak ada kekuatan, kecuali dengan pertolongan-Mu...” (HR. Abu Dawud no. 3719)
Rabu, 12 Juli 2023
Memelihara Lihyah (Jenggot) Termasuk Sunnah Nabi
Memelihara Lihyah (Jenggot) Termasuk Sunnah Nabi
Perintah Nabi Agar Memelihara Jenggot
الأصل في الأمر للوجوب إلا مادل الدليل على خلافه
■ Hadits pertama, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ bersabda :
أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى
“Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim no. 623)
■ Hadits kedua, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ bersabda :
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَوْفُوا اللِّحَى
“Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no. 625)
■ Hadits ketiga, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata :
أَنَّهُ أَمَرَ بِإِحْفَاءِ الشَّوَارِبِ وَإِعْفَاءِ اللِّحْيَةِ.
“Beliau ﷺ memerintahkan untuk memotong pendek kumis dan membiarkan (memelihara) jenggot.” (HR. Muslim no. 624)
■ Hadits keempat, dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda :
جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ
“Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.” (HR. Muslim no. 626)
■ Hadits kelima, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda :
انْهَكُوا الشَّوَارِبَ ، وَأَعْفُوا اللِّحَى
“Cukur habislah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Bukhari no. 5893)
■ Hadits keenam, dari Ibnu Umar, Nabi ﷺ bersabda :
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ ، وَفِّرُوا اللِّحَى ، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ
“Selisilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” (HR. Bukhari no. 5892)
■ Imam An Nawawi rahimahullah (ulama besar Syafi’iyyah)
mengatakan, ”Kesimpulannya ada lima riwayat yang menggunakan lafazh,
أَعْفُوا وَأَوْفُوا وَأَرْخُوا وَأَرْجُوا وَوَفِّرُوا
Semua lafazh tersebut bermakna membiarkan jenggot tersebut sebagaimana adanya.” (Lihat Syarh An Nawawi ‘alam Muslim, 1/416)
■ Di samping hadits-hadits yang menggunakan kata perintah di atas, memelihara jenggot juga merupakan sunnah fithroh. Dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi ﷺ bersabda :
عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصُّ الأَظْفَارِ وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ
“Ada sepuluh macam fitroh, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.” (HR. Muslim no. 627)
■ Jika seseorang mencukur jenggot, berarti dia telah keluar dari fitroh yang telah Allah fitrohkan bagi manusia. Allah Ta’ala berfirman :
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada penggantian pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Ruum : 30)
Manfaat Memelihara Lihyah (Jenggot)
قال الإمام ابن القيم – رحمه الله – : وأمَّا شعر اللحية ففيه منافع، منها الزينة ، والجمال ، والوقار ، والهيبة . ولهذا لا يرى على الصبيان والنساء والسَّناط من الهيبة والوقار ما يرى على ذوي اللحى، ومنها التمييز بين الرجال والنساء .
📚 التباين في ايمان القرآن ص(٤٧٤).
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : "Adapun rambut lihyah (jenggot), maka memiliki sekian manfaat diantaranya :
1️⃣ Perhiasan, keindahan, kewibawaan dan karismatik. Karenanya kaum wanita dan anak-anak tidaklah terlihat memiliki kewibawaan dan karismatik seperti kaum pria yang memiliki jenggot.
2️⃣ Membedakan antara laki-laki dan wanita."
(lihat At-Tabayun Fii Imanil Qur'an (hlm. 474).)
9 Manfaat Tak Terduga Menurut Para Peneliti
Di Balik Sunnah Rasul Memelihara Jenggot
Memelihara jenggot tak hanya untuk menunaikan sunnah rasul, tetapi juga memiliki beragam manfaat yang saya rangkum dari beberapa sumber.
1. Mencegah penuaan diri
Manfaat jenggot berikutnya yaitu dapat melindungi wajah dari paparan sinar matahari langsung, sehingga dapat mengurangi kerutan pada wajah. Alih-alih membuat tampilan terkesan lebih tua, faktanya jenggot justru membuat kulit wajah terlihat lebih muda, segar, dan tanpa keriput.
Dengan adanya rambut pada wajah, jenggot membuat kulit menjadi lebih hangat pada musil dingin. Berdasarkan penelitian di Yale University, suhu udara yang rendah dapat menyebabkan kondisi kulit cepat mengerut dan menyebabkan penuaan dini. Dengan adanya rambut jenggot, maka kerutan tersebut dapat teratasi.
2. Lapisan antibakteri
Jenggot secara tidak langsung akan berperan sebagai lapisan antibakteri yang mampu mencegah penyakit dan inflamasi di kulit.
3. Menjaga kelembaban kulit
Rambut pada janggut memiliki folikel yang dapat menghasilkan minyak. Minyak ini berperan dalam mencegah kerusakan kulit dan melembabkan kulit yang kering.
Faktanya, wajah juga memiliki pelembap alami yang disebut kelenjar Sebaceous. Kelenjar ini menghasilkan minyak alami untuk melembapkan kulit wajah. Wajah yang terbalut jenggot membantu menjaga kelembapan ini sehingga membuat kulit tidak kering dan terkena iritasi khususnya ketika cuaca dingin.
4. Sebagai filter debu dan polutan serta melindungi Paru-Paru dari Bakteri
Bulu-bulu pada jenggot juga berperan sebagai penyaring ketika ada debu atau polutan yang masuk. Hal ini juga dapat membuat area mulut dan hindung menjadi bebas dari kotoran.
Jenggot juga bermanfaat sebagai filter yang menangkap bakteri dan kuman-kuman penyakit agar tidak masuk ke area tubuh yang dapat membahayakan kesehatan.Alih-alih masuk ke saluran pernapasan seperti paru-paru, jenggot menangkap kuman dan bakteri tersebut terlebih dahulu.
5. Mencegah timbulnya jerawat
Memelihara jenggot juga mampu mencegah timbulnya jerawat pada wajah. Hal ini karena bulu jenggot berperan sebagai lapisan antibakteri, sehingga membuat kulit wajah menjadi lebih halus.
Salah satu sebab munculnya jerawat adalah aktivitas bercukur. Pisau cukur akan membuka pori-pori kulit wajah, dan tanpa kita sadari segala kuman dan bakteri akan masuk, sehingga memunculkan jerawat.
6. Melindungi kulit dari paparan sinar matahari langsung dan sinar ultra violet
Rambut jenggot yang tebal dipercaya mampu melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang dapat menimbulkan garis atau bintik pada kulit. Tebalnya rambut jenggot juga memiliki fungsi yang hampir sama dengan penggunaan sunscreen.
Seperti halnya rambut di kepala kita, jenggot berperan sebagai tabir surya alami untuk melindungi kulit wajah bagian bawah dari paparan sinar UV. Berdasarkan hasil penelitian Universitas Oxford, jenggot yang tebal bahkan bisa menghalangi 95% paparan sinar UV yang berbahaya untuk kulit. Alhasil, jenggot bisa meminimalkan kulit terbakar dan bahkan bisa mencegah kanker kulit.
7. Mengurangi Kemungkinan Terkena Penyakit Gusi
Manfaat jenggot berikutnya konon bisa mencegah dari penyakit gusi. Jenggot membantu mengurangi kemungkinan terkena penyakit gusi, karena kehadiran jenggot sebagai zona penyaring segala bakteri masuk ke mulut.
8. Meningkatkan Hubungan dengan Pasangan
Manfaat jenggot bukan hanya untuk kesehatan karena jenggot pun memberikan banyak keuntungan perihal hubungan dengan pasangan. Berdasarkan hasil penelitian yang ditulis dalam Journal of Evolutionary Biology, kebanyakan responden perempuan menganggap bahwa pria berjenggot terlihat lebih menarik. Para responden perempuan tersebut juga berpendapat bahwa pria berjenggot terlihat lebih maskulin, cerdas, dan bijak.
9. Jenggot Menandakan Otoritas Dan Kepercayaan
Dr. Nick Neave seorang pakar psikologi menuliskan suatu pernyataan dalam jurnal ilmiahnya bahwa rambut pada wajah atau jenggot adalah penanda biologis dari kedewasaan. Menurut penelitian tersebut, jenggot semacam sinyal dari suatu karakter seseorang yang dapat diandalkan dan dipercaya. Pria berjenggot diasosiasikan juga sebagai karakter yang punya otoritas, dapat dipercaya, penuh tanggung jawab, dewasa dan berpengalaman, juga kepercayaan diri yang tinggi.
Tahukah Engkau Amalan Yang Disukai Imam Asy-Syafi'i di Malam dan Hari Jumat ?
Tahukah Engkau Amalan Yang Disukai Imam Asy-Syafi'i di Malam dan Hari Jumat ? ✍🏻 قال الإمام الشافعي رحمه الله : وأحب كثرة الصلاة على...
-
Hadits : "... Setahun itu ada dua belas bulan dan di antaranya ada arba'atun hurum (empat bulan yang suci). ...." عن أبي بك...
-
LOYAL DAN BENCI KARENA ALLAH VS HAWA NAFSU (tulisan bagian 2) Bab VI. Kewajiban Amar Ma'ruf Nahi Munkar Allah Ta’ala berfirman,...
-
Tidak Hujan Karena Ulat Jati (Ungker) Termasuk Mitos Batil Dan Aqidah Sesat Rasulullah ﷺ juga bersabda : مِفْتَاحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ...