Kamis, 28 September 2023

Tahukah Engkau Fitnah Nyanyian Dan Musik ?






 


Tahukah Engkau Fitnah Nyanyian Dan Musik ?


1.  Nyanyian Dan Musik Adalah Suara Syaithan

     Allah Ta'ala berfirman :

وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ

"Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi (wahai syaithan) di antara mereka dengan suaramu." (QS. Al-Isra': 64)

     Al-Imam Mujahid rahimahullah menafsirkan suara syaithan dengan, اللَّهْوِ وَالْغِنَاءِ "Permainan yang melalaikan dan nyanyian." (lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/86)

2.  Nyanyian Termasuk Ucapan Sia-sia Yang Diharamkan

     Allah Ta'ala berfirman :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِين

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman: 6)

     Sahabat yang Mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu ketika menjelaskan makna, “perkataan yang tidak berguna” pada ayat di atas, beliau berkata,

الغناء، والله الذي لا إله إلا هو، يرددها ثلاث مرات

“Maksudnya adalah nyanyian, demi Allah yang tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Beliau mengulangi sumpahnya tiga kali.” (lihat Tafsir Ath-Thobari, 21/39, Tafsir Ibnu Katsir, 6/330)

3.  Nyanyian Dan Musik Termasuk Tanda-Tanda Kehancuran Dunia

    Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,

لَيَشْرَبَنَّ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي الْخَمْرَ ، يُسَمُّونَهَا بِغَيْرِ اسْمِهَا ، يُعْزَفُ عَلَى رُءُوسِهِمْ بِالْمَعَازِفِ وَالْمُغَنِّيَاتِ ، يَخْسِفُ اللَّهُ بِهِمْ الْأَرْضَ وَيَجْعَلُ مِنْهُمْ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ

"Sungguh akan ada segolongan manusia dari umatku yang minum khamar, mereka namakan khamar itu bukan dengan namanya yang sebenarnya. Kepala mereka bergoyang-goyang dengan alat-alat musik dan para penyanyi wanita. Allah akan menenggelamkan mereka ke bumi dan menjadikan diantara mereka kera-kera dan babi-babi." (HR. Ibnu Majah dari Abu Malik Al-Asy'ari radhiyallaahu'anhu, Al-Misykaah: 4292)

     Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu berkata, Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ (رواه البخاري في كتاب الأشربة معلقا مجزوماً بصحته ، وقد وصله البيهقي في السنن، 3/272)

“Akan ada dari umatku suatu kaum yang akan menghalalkan zina dan sutera. Khamar dan nyanyian.”
(HR. Bukhari di Kitab Asyribah secara mu’allaq dan dikuatkan keshahihannya. Disambungkan oleh Baihaqi di Sunannya, 3/272 dan Ath-Thabrani di Mu’jamul Kabir, 3/319, Ibnu Hibban dalam Ash-Shahihnya, 8/265, 266, dinyatakan shahih oleh Ibnu Qoyim  dalam Tahzibus Sunan, 5/270-272. Al-Hafiz Ibnu Hajar di ‘Fath, 10/51 dan Albany dalam Shahihnya, 91)

4.  Nyanyian Menumbuhkan Sifat Kemunafikan

     Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

الغناء ينبت النفاق في القلب

“Nyanyian itu menumbuhkan sifat kemunafikan di dalam hati.” (lihat Ighatsatul Lahfan)

5.  Alat Musik Itu Haram

     ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

الدف حرام والمعازف حرام والكوبة حرام والمزمار حرام

“Rebana itu haram, alat-alat musik itu haram, genderang itu haram, dan seruling adalah haram.” (Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Tahriimu Aalat Ath-Tharb, 1/92)

6.  Nyanyian Pendorong Zina

     Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,

الغناء رقية الزنى

“Nyanyian adalah pendorong perbuatan zina.” [Ighatsatul Lahfan, 1/245.]

7.  Musik Adalah Khamar Jiwa Yang Memalingkan Dari Al Qur'an

     Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

والْمَعَازِفُ هِيَ خَمْرُ النُّفُوسِ تَفْعَلُ بِالنُّفُوسِ أَعْظَمَ مِمَّا تَفْعَلُ حُمَيَّا الْكُؤُوسِ

“Dan alat-alat musik adalah khamar jiwa, pengaruhnya lebih dahsyat dibanding khamar dalam gelas.” (Al-Fatawa, 10/417)

     Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata,

يُوجَدُ مَنْ اعْتَادَهُ وَاغْتَذَى بِهِ لَا يَحِنُّ إلَى الْقُرْآنِ وَلَا يَفْرَحُ بِهِ وَلَا يَجِدُ فِي سَمَاعِ الْآيَاتِ كَمَا يَجِدُ فِي سَمَاعِ الْأَبْيَاتِ

“Ada orang-orang yang sudah terbiasa mendengarkan nyanyian dan merasa puas dengannya; mereka tidak tertarik untuk mendengar Al-Qur’an dan tidak bahagia dengannya serta tidak terkesan ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana ketika mendengar lirik-lirik lagu.” (lihat Al-Fatawa, 11/568)

8.  Penyanyi (Orang Yang Gemar Menyanyi) Itu Muadzin Syaithan

     Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata,

ومن الفحشاء والمنكر استماع العبد مزامير الشيطان، والمغني هو مُؤَذِّنُه الذي يدعو إلى طاعته، فإن الغناء رُقْيةُ الزنا

"Termasuk perbuatan keji dan mungkar adalah mendengarkan (alat-alat musik); seruling-seruling syaithan, dan seorang penyanyi adalah mu'adzinnya syaithan yang mengajak untuk taat kepadanya, karena sesungguhnya nyanyian adalah mantra perzinahan." (lihat Al-Fatawa, 15/349)

9.  Jumhur Ulama Madzhab Syafi’i Mengharamkan Musik

     Dan inilah pendapat mu’tamad mazhab Syafi’i. Bahkan celaan terhadap musik datang dengan tegas dari Al Imam Asy Syafi’i sendiri. Beliau mengatakan:

تَرَكْتُ فِي الْعِرَاقِ شَيْئًا يُقَالُ لَهُ : التَّغْبِيرُ أَحْدَثَهُ الزَّنَادِقَةُ ، يَصُدُّونَ بِهِ النَّاسَ عَنِ الْقُرْآنِ

“Di Irak aku meninggalkan sesuatu yang disebut taghbir, ini merupakan buatan orang-orang zindiq yang membuat orang-orang berpaling dari Al Qur’an”.  Al Jauhari dalam Tajul ‘Arus menjelaskan makna taghbir:

التغبير: تهليل أو ترديد صوت يُرَدَّدُ بقراءة وغيرها.. والمراد به ما قال الليث: ما نصه: وقد سموا ما يطربون من الشعر في ذكر الله تغبيراً كأنهم إذا تناشدوه بالألحان طربوا فرقصوا وأرهجوا

“At Taghbir adalah mengiramakan dan mendayu-dayukan suara serta mengulang-ulang suatu bacaan atau semacamnya. Sebagaimana yang disebutkan Al Laits: mereka menamai perbuatan menyanyikan syair dengan alat musik tharab sebagai taghbir. Mereka menyanyikannya dengan lahn-lahn (irama-irama), mereka memainkan tharab, berjoget dan bergembira” .  Imam Asy Syafi’i juga mengatakan:

الغناء لهو مكروه يشبه الباطل ومن استكثر مِنْهُ فهو سفيه ترد شهادته

“Al ghina’ (nyanyian) merupakan perkara melalaikan yang dibenci, merupakan kebatilan. Barangsiapa memperbanyaknya maka dia seorang yang bodoh. Persaksiannya ditolak”. 

    Imam An Nawawi (wafat 676H), ulama besar madzhab Syafi’i, beliau berkata,

الْقِسْمُ الثَّانِي: أَنْ يُغَنِّيَ بِبَعْضِ آلَاتِ الْغِنَاءِ مِمَّا هُوَ مِنْ شِعَارِ شَارِبِي الْخَمْرِ وَهُوَ مُطْرِبٌ كَالطُّنْبُورِ وَالْعُودِ وَالصَّنْجِ وَسَائِرِ الْمَعَازِفِ وَالْأَوْتَارِ يَحْرُمُ اسْتِعْمَالُهُ وَاسْتِمَاعُهُ

“Jenis kedua, bernyanyi dengan alat-alat musik. Ini merupakan syiar para peminum khamr. Yaitu alat musik yang dipukul seperti tunbur, banjo, simbal dan alat-alat musik yang lainnya dan juga alat musik dengan senar, semuanya diharamkan menggunakannya dan mendengarkannya”.

     Sedangkan Ar Rafi’i mengatakan:

المذاهب الأربعة على بطلان بيع ألات اللهو مطلقا كالمزمار و الطنبور و غيرها

“Madzhab yang empat berpendapat batalnya jual-beli alat musik secara mutlak seperti seruling, thanbur (mandolin), dan semisalnya” 

     Kemudian Al Juwaini, Imamul Haramain, beliau mengatakan:

الفصل يشتمل على ما يتعلق السماع به من ضروب الغناء. والبداية في هذا الفن بتحريم المعازف والأوتار، وكلها حرام، وهي ذرائع إلى كبائر الذنوب

“Pasal yang mencakup seluruh nyanyian yang menggunakan alat musik pukul. Sebelumnya, dalam masalah ini telah diharamkan ma’azif (alat musik) dan gitar, semuanya haram. Karena menjadi wasilah yang mengantarkan kepada dosa-dosa besar”. 

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

Selasa, 26 September 2023

Benarkah Nabi ﷺ Lahir Tanggal 12 Rabiul Awal ?


 

Benarkah Nabi ﷺ Lahir Tanggal 12 Rabiul Awal ?


     Para ulama sepakat bahwa Nabi ﷺ lahir pada hari Senin. Nabi ﷺ bersabda :

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

"Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku." (HR. Muslim no 1162)

     Adapun perihal tanggal lahir Nabi , para ulama berbeda dalam banyak pendapat dan insya Allah tiada manusia di muka bumi yang tahu secara pasti tanggal kelahiran Nabi. Diantara mereka ada yang mengatakan bahwa beliau lahir tanggal 2 Rabiul Awal, 8 Rabiul Awal, 10 Rabiul Awal, 12 Rabiul Awal, 17 Rabiul Awal. Semua pendapat ini tidak berdasarkan hadits yang shahih. Adapun hadits Jabir dan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma yang menerangkan bahwa tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tanggal 12 Rabiul Awal tidak shahih. Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang hadits tersebut, “Sanadnya terputus.” (Lihat al-Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir: 2/260 dan Latho’iful Ma’arif karya Ibnu Rojab hlm. 184-185).

     Berdasarkan penelitian ulama ahli sejarah Muhammad Sulaiman Al Mansurfury dan ahli astronomi Mahmud Basya disimpulkan bahwa hari senin pagi yang bertepatan dengan permulaan tahun dari peristiwa penyerangan pasukan gajah dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau bertepatan dengan 20 atau 22 april tahun 571 M, hari senin tersebut bertepatan dengan tanggal 9 Rabi’ul Awal. (lihat Ar Rahiqum Makhtum).

     Yang benar dan pasti bahwa para ulama sepakat bahwa tanggal 12 Rabiul Awal sebagai hari wafatnya Nabi ﷺ. Hal ini dikuatkan oleh seorang ahli sejarah yang bernama Ibnu Hisyam dalam kitabnya "Sirah Nabawiyah".

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

Jumat, 22 September 2023

Bukti Mencintai Nabi Dengan Ittiba', Taat Dan Berpegang Teguh Dengan Petunjuknya





 

Bukti Mencintai Nabi Dengan Ittiba', Taat Dan Berpegang Teguh Dengan Petunjuknya

Cinta Butuh Bukti...Tidak Cukup Sekedar Diucapkan, Bersenandung Keras Di Masjid Bagai Syaithan Yang Tak Faham Adab, Gemar Merayakan Ulang Tahun/Natal Nabi Ataupun Perayaan Kematian Nabi 12 Rabi'ul Awwal
( الاحتفال بوفاة النبي محمد )


     Cinta itu bukan hanya sekedar klaim semata, tapi harus dengan bukti. Sebagaimana tatkala kita mengidolakan seseorang, maka akan berupaya untuk mengikuti ataupun mencontoh segala gerak-gerik ataupun perilakunya. Bahkan jika sangat cintanya maka model pakaian, gaya potong rambut dll akan berupaya ditirunya. Sehingga tidak usah jika ada orang Indonesia yang mengidolakan aktor, pemain bola dari luar negeri dll maka dengan bangga akan menirunya (termasuk cara berpakaian dll). Ini sebuah realita yang tak mungkin bisa dinafikan atau dibantah. Cinta jika tanpa bukti (bahkan enggan mengikutinya dan gemar menyelisihi Nabi) itu sama saja dengan dusta belaka atau "cinta gombal".

     Di antara bentuk cinta pada Nabi adalah ittiba’ (mengikuti), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Karena ketaatan kepada Nabi adalah buah dari kecintaan. Penyair Arab mengatakan :

لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعٌ

"Sekiranya cintamu itu benar niscaya engkau akan mentaatinya Karena orang yang mencintai tentu akan mentaati orang yang dicintainya.."

     Cinta kepada Nabi bukanlah dengan bersenandung keras melatunkan nasyid atau pun sya’ir yang indah, namun realitanya enggan mengikuti Sunnah beliau. Hakikat cinta pada Nabi adalah dengan mengikuti (ittiba’) setiap ajarannya dan mentaatinya. Semakin seseorang mencintai Nabinya maka dia juga akan semakin mentaatinya. Dari sinilah sebagian salaf mengatakan:

لهذا لما كَثُرَ الأدعياء طُولبوا بالبرهان ,قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ

"Tatkala banyak orang yang mengklaim mencintai Allah, mereka dituntut untuk mendatangkan bukti. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): ”Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imron: 31)

     Seorang ulama mengatakan :

لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبَّ وَلَكِن الشَّأْنُ أَنْ تُحَبْ

"Yang terpenting bukanlah engkau mencintai-Nya. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintaiNya."

     Allah sendiri telah menjelaskan bahwa siapa pun yang mentaati Rasul-Nya berarti dia telah mentaati-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا 

“Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 80)

     Allah Ta’ala juga berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”.” (QS. Ali Imron: 31)

    Rasulullah juga memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada ajarannya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits,

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“Berpegangteguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37)

     Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ

“Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Abu Daud no. 2970. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)

     Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :

اتَّبِعُوا، وَلا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ، كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ

“Ikutilah (petunjuk Nabi ), janganlah membuat bid’ah (ajaran palsu yang diada-adakan). Karena (ajaran Nabi) itu sudah cukup bagi kalian. Semua amalan yang tanpa tuntunan Nabi (baca: bid’ah) adalah sesat.”

     Itulah saudaraku di antara bukti dan hakekat seseorang mencintai Nabinya yaitu dengan mentaati, mengikuti dan meneladani setiap ajarannya.

Selasa, 19 September 2023

Janganlah Kalian Takut Faqir (Sedikit Harta), Tapi Takutlah Kalian Dari Fitnah Dunia



 

Janganlah Kalian Takut Faqir (Sedikit Harta), Tapi Takutlah Kalian Dari Fitnah Dunia


عَنْ عَمْرو بْنِ عَوْفٍ الأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ بَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ إِلَى الْبَحْرَيْنِ يَأْتِي بِجِزْيَتِهَا، فَقَدِمَ بِمَالٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ، فَسَمِعَتِ الأَنْصَارُ بِقُدُوْمِ أَبِي عُبَيْدَةَ، فَوَافَوْا صَلاَةَ الْفَجْرِ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ، فَلَمَّا صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ، اِنْصَرَفَ، فَتَعَرَّضُوْا لَهُ، فَتَبَسَّمَ رَسُوْلُ اللهِ حِيْنَ رَآهُمْ، ثُمَّ قَالَ: ((أَظُنُّكُمْ سَمِعْتُمْ أَنَّ أَبَا عُبَيْدَةَ قَدِمَ بِشَيْءٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ)) فَقَالُوْا: أَجَل يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَقَالَ: ((أَبْشِرُوْا وَأَمِّلُوْا مَا يَسُرُّكُمْ، فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ))

Dari ‘Amr bin ‘Auf Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah mengutus Abu ‘Ubaidah Ibnul Jarrah radhiyallahu ‘anhu ke negeri Bahrain untuk mengambil upeti dari penduduknya (karena kebanyakan mereka adalah Majusi). Lalu dia kembali dari Bahrain dengan membawa harta. Maka orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah. Lalu mereka bersegera menuju masjid untuk melaksanakan shalat shubuh bersama Rasulullah . Ketika Rasulullah selesai shalat beliau pun berpaling (menghadap ke arah mereka). Lalu mereka menampakkan keinginannya terhadap apa yang dibawa Abu ‘Ubaidah dalam keadaan mereka butuh kepadanya. Maka Rasulullah pun tersenyum ketika melihat mereka.
Kemudian beliau bersabda, “Aku menduga kalian telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah telah datang dengan membawa sesuatu (harta) dari Bahrain.” Maka mereka menjawab, “Tentu Ya Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Bergembiralah dan harapkanlah apa-apa yang akan menyenangkan kalian. Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian. Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR. Al-Bukhariy no.3158 dan Muslim no.2961)

     Rasulullah telah menjelaskan tentang keadaan dunia sekaligus memperingatkan ummatnya dari fitnahnya.

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: ((إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ))

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kalian pemimpin padanya. Lalu Dia akan melihat bagaimana amalan kalian. Maka takutlah kalian dari fitnahnya dunia dan takutlah kalian dari fitnahnya wanita.” (HR. Muslim no.2742)

Tolok Ukur Kebenaran Bukan Banyaknya Orang Mengamalkan, Melainkan Dengan Burhan (Dalil Shahih)


 

Tolok Ukur Kebenaran Bukan Banyaknya Orang Mengamalkan, Melainkan Dengan Burhan (Dalil Shahih)


     Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,

ولا ينبغي للعاقل أن يغتر بكثرة من يفعله من الناس في سائر الأقطار، فإن الحق لا يعرف بكثرة الفاعلين، وإنما يعرف بالأدلة الشرعية، كما قال تعالى عن اليهود والنصارى: وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ [البقرة:111] وقال تعالى: وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ [الأنعام:116] الآية.

"Orang yang berakal sehat tidak boleh terkecoh dengan banyaknya manusia yang mengamalkannya di berbagai negara. Karena sesungguhnya kebenaran itu tidaklah diketahui dengan banyaknya orang yang mengamalkannya, namun kebenaran itu hanyalah diketahui dengan dalil-dalil syar’i, sebagaimana Firman Allah Ta’ala yang menyebutkan tentang orang-orang Yahudi dan Nashara,

وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaran kalian jika kalian adalah orang yang benar.” (QS. al-Baqarah: 111). Dan Firman Allah Ta’ala,

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ 

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. al-An’am: 116)

Sumber : https://binbaz.org.sa/articles/27/%D9%88%D8%AC%D9%88%D8%A8-%D9%84%D8%B2%D9%88%D9%85-%D8%A7%D9%84%D8%B3%D9%86%D8%A9-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%B0%D8%B1-%D9%85%D9%86-%D8%A7%D9%84%D8%A8%D8%AF%D8%B9%D8%A9

Senin, 18 September 2023

Berdusta Atas Nabi (Sengaja Menyebarkan Hadits Palsu) Diancam "Silahkan Masuk Neraka..!"


 

Berdusta Atas Nabi (Sengaja Menyebarkan Hadits Palsu) Diancam "Silahkan Masuk Neraka..!"


     Berdusta atas nama Nabi termasuk kemungkaran dan dosa besar. Berdusta atas nama Nabi sama halnya dengan berdusta dalam syari’at sehingga dampaknya bisa menimpa umat. Oleh karena itu dosanya lebih besar dan hukumannya lebih berat.

عَنْ الْمُغِيرَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Dari al-Mughirah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya berdusta atasku tidak seperti berdusta atas orang yang lain. Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat tinggalnya di neraka”. (HR. Al-Bukhari no. 1229)

     Dalam hadits lain, Nabi menegaskan:

لَا تَكْذِبُوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ

"Janganlah kamu berdusta atasku, karena sesungguhnya barangsiapa berdusta atasku, maka silahkan dia masuk ke neraka." (HR. Al-Bukhari no. 106 dan Muslim no. 1)

مَنْ حَدَّثَ عَنِّى بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ

"Barangsiapa menceritakan sebuah hadits dariku, dia mengetahui bahwa hadits itu dusta, maka dia adalah salah seorang dari para pendusta." (HR. Muslim di dalam Muqaddimah)

Jumat, 15 September 2023

Hadits Palsu : “Barangsiapa Mengagungkan Hari Kelahiranku…”





 

Hadits Palsu : “Barangsiapa Mengagungkan Hari Kelahiranku…”


Jika Tanggal Kelahiran Nabi Diperselisihkan Dan Tak Ada Manusia yang Tahu Pasti..Bagaimana Mungkin Perayaan Ulang Tahun/Natal Nabi/Maulid Nabi Disyariatkan.??


     Terdapat hadits yang tersebar yang dianggap sebagai dalil untuk merayakan maulid (hari kelahiran) Nabi . Berikut hadits palsu tentang Maulid Nabi Muhammad yang tidak dijumpai dalam kitab-kitab induk hadits :

(1) Tentang Imbalan Memeroleh Gunung Emas

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِي كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِي مَوْلِدِي فَكَأَنَّمَا أَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَهَبٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ.

Nabi bersabda: “Barang siapa mengagungkan hari kelahiranku, niscaya aku akan memberi syafa’at kepadanya kelak pada hari kiamat. Dan barang siapa mendermakan satu dirham di dalam menghormati hari kelahiranku, maka seakan-akan dia telah mendermakan satu gunung emas di jalan Allah’.”

(2) Ucapan Abu Bakar tentang Pendamping di Surga

من انفق درهما فى مولد النبى صلى الله عليه وسلم كان رفيقى فى الجنه

“Siapa yang menginfaqkan satu dirham dalam maulid Nabi , maka ia akan menjadi pendampingku di surga.”

(3) Ucapan Umar bin al-Khattab tentang Menghidupkan Islam

من عظم مولد النبى صلى الله عليه وسلم فقداحيا الا سلام

“Siapa yang mengagungkan Maulid Nabi , maka ia benar-benar telah menghidupkan Islam.”

(4) Ucapan Utsman bin Affan tentang Seolah Syahid dalam Perang

من انفق درهما فى فراءة مولد النبى صلى الله عليه وسلم فكأنما شهد يوم وقعة بدر و حنين

“Barang siapa yang menginfaqkan satu dirham untuk membaca maulid Nabi , maka seakan akan ia syahid dalam perang Badar dan Hunain.”

(5) Ucapan Ali bin Abi Thalib tentang Mengagungkan Maulid Nabi

من انفق درهما فى قراءة مولد النبى صلى الله عليه وسلم لا يخرج من الدنيا الا با لايمان

“Barang siapa mengagungkan maulid Nabi , maka ia tidak akan meninggalkan dunia, kecuali dengan Iman.”

     Maka sebagai tanggapan, kita katakan :

(1)  Setahu kita redaksi hadits di atas tidak termuat dalam kitab-kitab induk hadits maupun kitab-kitab mu’tabarah (standar ilmiah) lainnya.. Dengan kata lain, hadits tentang keutamaan merayakan Maulid Nabi ini tidak ditemukan dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah. Bahkan tidak terdapat pula dalam Musnad Ahmad, Al Muwaththa’ Imam Malik dan Sunan Ad Darimi.

(2)  Sekiranya Hadis tersebut pernah disabdakan oleh Rasulullah , maka para ulama akan memasukkannya ke dalam kitab-kitab mereka. Setidaknya, jika hal itu memang pernah ada, maka akan ada juga catatan yang menjelaskan bahwa para sahabat Nabi, Tabi’in, dan ulama salaf (ulama klasik) pernah mengamalkan Hadis tersebut. Namun ternyata hal ini juga tidak pernah ditemukan. Karenanya dalam catatan sejarah tidak ada seorang pun dari ulama yang mengamalkannya, sebab Rasulullah memang tidak pernah mensabdakan Hadits tersebut.

(3)  Ditinjau dari kajian ilmu riwayat, Hadis tersebut tidak memiliki sanad. La sanada lahu, Tidak adanya sanad menjadikan Hadis ini bermasalah, lemah tidak memiliki dasar yang jelas. Dalam hal ini, benar penuturan Ibnu Sirin dan Ibn al-Mubarak yang menyebutkan;

قَالَ مُحَمَّدُ بْنِ سِيْرِيْنَ: إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْا دِيْنَكُمْ— قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنِ الْـمُبَارَكِ: اَلْإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ لَوْلَا الْإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

Muhammad bin Sirin berkata: “Ilmu (sanad) ini adalah (bagian dari) agama, maka perhatikanlah dari siapa ia mengambil agamanya.”— Abdullah bin al-Mubarak berkata: Sanad adalah bagian dari agama, kalau bukan karena sanad, orang akan berkata seenaknya saja.”
Sehingga kemudian Hadits seperti di atas dalam kajian ilmu Hadits disebut sebagai Hadits yang la ashla lahu atau laisa lahu ashl (tidak ada dasarnya). Hadits-hadits yang la ashla lahu seperti ini, tidak bisa dibenarkan karena tergolong sebagai Hadits maudhu’ (palsu).

(4)  Kalau dilacak dengan menggunakan takhrij hadits, riwayat ini tidak ditemukan satu pun dalam kitab induk hadits apapun. Karena tidak ditemukan, maka dalam kajian ilmu hadits biasanya ini masuk dalam kategori indikator hadits palsu. Bahkan ada keterangan dari sebagian ulama bahwa hadits ini adalah hadits palsu, dusta atas nama Nabi . Diantara Syaikh Abdullah Aljibrin. Ketika ditanya tentang hadits ini, beliau mengatakan,

هذا الحديث لا يصح، ولم يرو في أصحاب الصحيح ولا أصحاب السنن فهو مكذوب

"Hadits ini tidak shahih, tidak pernah diriwayatkan para penulis kitab shahih atau penulis kitab sunan. Hadits ini dusta."

(5) Terkait perkataan Shahabat Nabi diantaranya dengan redaksi seperti :

قَالَ عُمَرُ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه : مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِ النَّبِي ` فَقَدْ أَحْيَا الْإِسْلَامِ

Umar bin al-Khattab berkata: “Barangsiapa yang mengagungkan hari kelahiran Nabi , maka sungguh ia telah menghidupkan Islam.”

قَالَ عَلِيُّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ كرم الله وجهه: مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِ النَّبِيْ ` لَا يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا بِالْإِيْمَانِ

Ali bin Abi Thalib berkata: “Barangsiapa yang mengagungkan Maulid Nabi , maka ia tidak akan meninggalkan dunia ini kecuali dengan beriman.”

     Qaul Shahabah (perkataan Sahabat) ini juga tidak bisa diterima meski redaksinya sangat mirip dan mendukung. Sebab otentitasnya juga sangat diragukan, la ashla lahu (tidak ada dasarnya), dan tidak ada satu pun catatan yang menjelaskan ungkapan tersebut bersumber dari Sahabat ‘Umar dan ‘Ali. Maka dari itu, kualitas perkataan ini kualitasnya juga maudhu’ (palsu). Jika itu dianggap benar, maka kebenaran itu hanya kebenaran satu pihak saja, tidak bisa diterima secara jama’ dan luas.



Kesimpulan


     Hadits dan perkataan Shahabat tersebut tidak shahih dan tidak ada dasarnya "la ashla lahu" sehingga tidak bisa dijadikan hujjah karena hadits dan riwayat tersebut palsu.

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين






Selasa, 12 September 2023

Ilmu Nujum/Astrologi, Ramalan Nasib Dan Rezeki Menurut Syari'at Islam



 

Ilmu Nujum/Astrologi, Ramalan Nasib Dan Rezeki Menurut Syari'at Islam

Tahukah Engkau Ilmu Nujum/Astrologi (ilmu Ta’tsir, Zodiak, Horoskop), Ramalan Nasib Dan Rezeki..Itu Tidak Ilmiyyah, Bertentangan Dengan Akal Sehat, Serta Termasuk Amalan Jahiliyah Dan Perbuatan Syirik ?


     Dalilnya adalah riwayat Abu Dawud dalam Sunan-nya dengan sanad yang shahih

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ ‏ “‏ مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ ‏

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah : “Barangsiapa yang mempelajari ilmu dari an nujum (bintang-bintang), berarti telah mempelajari salah satu cabang dari ilmu sihir. Semakin bertambah ilmunya, semakin dalam ia mempelajari sihir tersebut.”

     Demikian juga riwayat Al-Bazzar dengan sanad yang bagus

عن عمران بن حصين عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ

Dari Imran bin Hushain, dari Rasulullah bahwa beliau bersabda: “Bukan termasuk golongan kita orang yang meramal atau minta diramalkan, orang yang berdukun atau minta didukunkan, orang yang menggunakan sihir atau mengambil faidah dari ilmu sihir.”

     Siapa saja yang mengklaim mengetahui perkara ghaib, maka ia termasuk dalam golongan kaahin (dukun), 'arrofan (tukang ramal), tukang sihir atau orang yang berserikat di dalamnya. Ketahuilah ilmu ghaib hanya menjadi hak prerogatif Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ

” Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri” (QS. Al An’am: 59).

     Begitu pula dalam ayat lainnya disebutkan,

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

“ Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah. ” (QS. An Naml: 65).


Hukum Mendatangi Tukang Nujum Atau Membaca Ramalan


☆  Tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Barangsiapa yang mendatangi 'Arrofan (tukang ramal), maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim no. 2230, dari Shofiyah, dari beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).

☆  Kufur terhadap apa yang telah diturunkan pada Muhammad . Disebutkan dalam hadits,

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Selasa, 05 September 2023

Janganlah Mengikuti Kebanyakan Manusia.. Bagaimana Keadaan Kebanyakan Manusia ?





 

Janganlah Mengikuti Kebanyakan Manusia
Bagaimana Keadaan Kebanyakan Manusia ?


1.  Tidak Beriman

اَفَمَنْ كَانَ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖ وَيَتْلُوْهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِنْ قَبْلِهٖ كِتٰبُ مُوْسٰىٓ اِمَامًا وَّرَحْمَةًۗ  اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ مِنَ الْاَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهٗ فَلَا تَكُ فِيْ مِرْيَةٍ مِّنْهُ اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُوْنَ

"Maka apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang yang sudah mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur'an) dari Rabb-nya, dan diikuti oleh saksi dari-Nya dan sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an). Barangsiapa mengingkarinya (Al-Qur'an) di antara kelompok-kelompok (orang Quraisy), maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah engkau ragu terhadap Al-Qur'an. Sungguh, Al-Qur'an itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. "(QS. Hud : 17)

2.  Benci Kepada Kebenaran

لَقَدْ جِئْنٰكُمْ بِالْحَقِّ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كٰرِهُوْنَ

"Sungguh, Kami telah datang membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu." (QS. Az Zukhruf : 78)

3.  Tidak Bersyukur

۞ اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ اُلُوْفٌ حَذَرَ الْمَوْتِۖ  فَقَالَ لَهُمُ اللّٰهُ مُوْتُوْا ۗ ثُمَّ اَحْيَاهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَذُوْ فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُوْنَ 

"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya, sedang jumlahnya ribuan karena takut mati? Lalu Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kamu!” Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." (QS. Al Baqarah : 243)

4.  Fasiq

وَاَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَّفْتِنُوْكَ عَنْۢ بَعْضِ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ اِلَيْكَۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّصِيْبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوْبِهِمْ ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ لَفٰسِقُوْنَ

"dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al Maidah : 49)

5.  Lalai Dari Ayat-ayat Allah

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ خَلْفَكَ اٰيَةً ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوْنَ

"Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan ayat-ayat (kekuasaan) Kami." (QS. Yunus : 92)

6.  Tidak Mengetahui Agama Yang Lurus

مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلَّآ اَسْمَاۤءً سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّآ اَنْزَلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗاَمَرَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ

"Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu. Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf : 40)

7. Mengikuti Persangkaan Belaka

وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ

"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan." (QS. Al An'am : 116)

8.  Menyesatkan Orang Lain

وَمَا لَكُمْ اَلَّا تَأْكُلُوْا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ اِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ اِلَيْهِ ۗوَاِنَّ كَثِيرًا لَّيُضِلُّوْنَ بِاَهْوَاۤىِٕهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗاِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِيْنَ

"Dan mengapa kamu tidak mau memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah, padahal Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya kepadamu, kecuali jika kamu dalam keadaan terpaksa. Dan sungguh, banyak yang menyesatkan orang dengan keinginannya tanpa dasar ilmu. Rabb-mu lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al An'am : 119)

9.  Penghuni Neraka Jahannam

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ  لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ  ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

"Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (QS. Al A'raf : 179)

     Semoga bermanfaat dan mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menunjuki kita ke jalan yang lurus. Amin.

Tahukah Engkau Amalan Yang Disukai Imam Asy-Syafi'i di Malam dan Hari Jumat ?

  Tahukah Engkau Amalan Yang Disukai Imam Asy-Syafi'i di Malam dan Hari Jumat ? ✍🏻 قال الإمام الشافعي رحمه الله : وأحب كثرة الصلاة على...