Minggu, 29 Oktober 2023

Termasuk Dosa Besar Ketika Dinasihati Menolak Nasihat Dengan Ucapan "Urus Saja Dirimu"


 

Termasuk Dosa Besar Ketika Dinasihati Menolak Nasihat Dengan Ucapan "Urus Saja Dirimu"


     Allah Ta'ala berfirman :

﴿ وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ ﴾ (البقرة: 206)

“Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertaqwalah kepadaNya,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka jahannam. Dan itu merupakan tempat tinggal yang terburuk.” (QS Al Baqarah: 206).

     Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda:

 ... وإنَّ أبغضَ الكلامِ إلى اللَّهِ أن يقولَ الرَّجلُ للرَّجلِ : اتَّقِ اللَّهَ ، فيقولُ عليكَ نفسَكَ. السلسلة الصحيحة - الصفحة أو الرقم : 2939 
التخريج : أخرجه النسائي في (السنن الكبرى 10685)، والبيهقي في (شعب الإيمان 630)، وقوام السنة في (الترغيب والترهيب 766)

“Dan sesungguhnya ucapan yang paling dimurkai oleh Allah adalah ketika seseorang berkata kepada orang lain : "Bertakwalah kamu kepada Allah."
Lalu orang itu menjawab : عليك بنفسك
‘"KAMU URUS SAJA DIRIMU SENDIRI".

(Sumber : Silsilah Al Ahadits Ash-Shahihah)

Sabtu, 28 Oktober 2023

Dianjurkan Menghibur Teman Tatkala Sedih



 

Dianjurkan Menghibur Teman Tatkala Sedih


     Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani rohimahullah berkata :

‏”الانسان إذا رأى صاحبه مهموماً اسْتُحِبَّ له أن يحدِّثه بما يُزيل همَّه ويُطَيِّب نفسه؛
‏لقول عمر بن الخطاب رضي الله عنه:
‏(لأقولنَّ شيئًا يضحك النبي ﷺ)”.

“Seorang insan apabila melihat temannya sedih maka disunnahkan untuk menghiburnya dengan ucapan (yang menyenangkan) dan menghilangkan kesedihannya.

Sebagaimana ucapan Umar bin Khothob rodhiyallahu ‘anhu, “Sungguh, aku akan mengucapkan sesuatu yang membuat Nabi tertawa..” (lihat Fathul Bari 9/363)

Karena tujuan pertemanan adalah..
Untuk saling menguatkan dan mengingatkan..
Agar tegar di atas jalan Allah Azza wajalla..
Bukan sebatas karena urusan dunia…
Atau kepentingan harta..




Sejak dulu diriku berupaya belajar untuk bisa ikhlash..

Tidak peduli diriku diapusi (ditipu) atau dimanfaatkan orang lain..

Prisipku selama aku mampu dan bisa..serta untuk perkara kebaikan dan taqwa, insya Allah akan tetap berupaya kutolong atau kubantu..

Walau sebenarnya diriku sadar tak semua orang tahu bagaimana cara berterima kasih..

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.











Rabu, 18 Oktober 2023

Diantara Cara Allah Mencintai Hambanya


 

Diantara Cara Allah Mencintai Hambanya


     Rasulullah bersabda :

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَحْمِي عَبْدَهُ الْمُؤْمِنَ مِنَ الدُّنْيَا وَهُوَ يُحبه، كَمَا تَحْمُونَ مَرِيضَكُمْ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ تَخَافُونَهُ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya Allah benar-benar akan menjaga hamba-Nya yang beriman dari (harta benda) dunia karena Allah mencintainya. Sebagaimana kalian menjaga orang yang sakit di antara kalian dari makanan dan minuman (yang menjadi pantangannya) karena kalian khawatir akan membahayakannya.” (HR. Ahmad, dalam musnadnya dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami’ 1814)


Tanda Allah Mencintai Dan Membenci Hambanya

     Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:

إِذَا أَحَبَّ اللهُ عَبْداً أَكْثَرَ غَمَّهُ، وَإِذَا أَبْغَضَ عَبْداً وَسَّعَ عَلَيْهِ دُنْيَاهُ.

"Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memperbanyak kesedihannya (namun dihadapi dengan sabar, ridha dan tanpa mengeluh kepada makhluk), sedangkan jika Dia membenci seorang hamba, maka Dia akan meluaskan dunianya untuk keburukannya (sebagai istidroj)". (Syiar A'lamin Nubala 4/338)

Kemarau Panjang Bisa Terjadi Akibat Dosa Anak Adam ( Manusia )



 

Kemarau Panjang Bisa Terjadi Akibat Dosa Anak Adam ( Manusia )


     Allah Ta'ala berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar Ruum : 41). Kemudian Ibnu Katsir rahimahullah menukil :

وَقَالَ زَيْدُ(١) بْنُ رُفَيْع: ﴿ظَهَرَ الْفَسَادُ﴾ يَعْنِي: انْقِطَاعَ الْمَطَرِ عَنِ الْبَرِّ يُعْقِبُهُ الْقَحْطُ، وَعَنِ الْبَحْرِ تَعْمَى(٢) دَوَابُّهُ. رَوَاهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ.

Zaid ibnu Rafi' mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya : "Telah tampak kerusakan." (Ar-Rum: 41) Yakni dengan terputusnya hujan yang tidak menyirami bumi, akhirnya timbullah paceklik; sedangkan yang dimaksud dengan al-bahr ialah hewan-hewan bumi. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)


Hewan Pun Melaknat Para Pelaku Dosa Yang Enggan Taubat

     Perbuatan dosa yang dilakukan manusia bukan hanya merugikan manusia, tetapi juga bisa merugikan hewan. Akibat kemarau panjang banyak hewan yang mengalami kelaparan ataupun mati kehausan karena tidak menjumpai air. Hewan-hewan tersebut hanya bisa berdoa kepada Allah agar mereka (pelaku dosa) dilaknat. Mujahid menafsirkan firman Allah :

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِن بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ ۙ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati ." (QS. al-Baqarah; 159)

وَقَالَ مُجَاهِدٌ : إِذَا أَجْدَبَتِ الْأَرْضُ قَالَتِ الْبَهَائِمُ: هَذَا مِنْ أَجْلِ عُصاة بَنِي آدَمَ، لَعَنَ اللَّهُ عُصَاةَ بَنِي آدَمَ.

Mujahid mengatakan bahwa apabila bumi kekeringan (paceklik), maka semua hewan mengatakan, "Ini akibat orang-orang yang durhaka dari Bani Adam, semoga Allah melaknat orang-orang durhaka dari Bani Adam." (lihat Tafsir Ibnu Katsir)

وقال عكرمة رحمه الله : دواب الأرض وهوامها ، حتي الخنافس ، والعقارب يقولون : مُنعنا القطر بذنوب بني آدم .
انظر " الجواب الكافي " لابن القيم ( ص 38 ) .

     Ikrimah rahimahullah mengatakan : "Binatang-binatang di bumi dan hewan buasnya sampai kumbang dan kalajengkingnya mengatakan :
"Sesungguhnya kita semua mengalami kekeringan ini disebabkan karena dosa-dosa anak Adam."
(lihat Al-Jawab Al-Kaafi 38)


Selasa, 17 Oktober 2023

Utamakan Carilah Negeri Akhirat Dan Jangan Lupakan ( Mengabaikan ) Bagianmu Di Dunia



 

Utamakan Carilah Negeri Akhirat Dan Jangan Lupakan ( Mengabaikan ) Bagianmu Di Dunia


Apa yang dimaksud dengan ayat yang artinya "jangan lupakan bagianmu di dunia"? Apakah itu berarti kita membagi dunia dan akhirat menjadi ‘"fifty-fifty" sehingga seimbang? Ataukah makna yang benar adalah carilah negeri Akhirat yang jadi tujuan utama, sedangkan dunia kita gunakan sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan akhirat..sebagaimana ungkapan "carilah ilmu sungguh-sungguh dan jangan lupa makan (istirahat) ? Maka tidaklah benar jika hal tersebut dipahami bahwa makan sebagai tujuan utama ataupun menyeimbangkan antara mencari ilmu dengan perbuatan makan.

     Allah Ta'ala berfirman :

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ  وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا  وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ  وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al Qashshash : 77)

     Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan mengenai ayat tersebut,

وَقَوْلُهُ: ﴿وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا﴾ أَيِ: اسْتَعْمِلْ مَا وَهَبَكَ اللَّهُ مِنْ هَذَا الْمَالِ الْجَزِيلِ وَالنِّعْمَةِ الطَّائِلَةِ، فِي طَاعَةِ رَبِّكَ وَالتَّقَرُّبِ إِلَيْهِ بِأَنْوَاعِ الْقُرُبَاتِ، الَّتِي يَحْصُلُ لَكَ بِهَا الثَّوَابُ فِي الدار الآخرة. ﴿وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا﴾ أَيْ: مِمَّا أَبَاحَ اللَّهُ فِيهَا(٥) مِنَ الْمَآكِلِ وَالْمَشَارِبِ وَالْمَلَابِسِ وَالْمَسَاكِنِ وَالْمَنَاكَحِ، فَإِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حقًّا، ولنفسك عليك حقًّا، ولأهلك عليك حَقًّا، وَلِزَوْرِكِ عَلَيْكَ حَقًّا، فَآتِ كُلَّ ذِي حَقِّ حَقَّهُ.

Firman Allah Ta'ala :

{وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا}

"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia." (Al-Qashash: 77). Maksudnya, gunakanlah apa yang telah Allah anugerahkan untukmu dari harta dan kenikmatan yang besar untuk ketaatan kepada Rabb-mu dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan berbagai amal pendekatan diri kepada-Nya, yang dengannya kamu akan memperoleh pahala di kehidupan akhirat.

{وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا}

"dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (Al-Qashash: 77). Yakni yang Allah bolehkan berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan pernikahan. Karena sesungguhnya Rabb-mu mempunyai hak atas engkau, dan engkau mempunyai hak atas dirimu sendiri, keluargamu juga memiliki hak. Istrimu pun memiliki hak. Maka tunaikanlah hak-hak setiap yang memiliki hak.” (lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim).

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Minggu, 08 Oktober 2023

Bukan Kami Saja Yang Meyakini Haramnya Buwohan..Ternyata Pak Kyai Pun Juga Ada Yang Mengharamkan Buwohan













 

Hukum Mengadakan Tradisi Buwuhan (Tradisi Wajib Shodaqoh) Di Acara Walimah

Ikhlash Dan Ittiba' Nabi Sebagai Syarat Diterima Suatu Amalan


     Ibadah memiliki syarat agar ibadah tersebut diterima di sisi Allah sebagai amal sholih dan bukan amal yang salah. Dua syarat diterimanya amalan itu adalah (1) berniat ikhlas kepada Allah Ta'ala dan (2) ittiba’ (mencontoh) Nabi ﷺ. Allah Ta'ala berfirman :

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ

"Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Ilah (sesembahan) kalian adalah Ilah (sesembahan) Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Robb-nya maka hendaklah dia mengerjakan amal sholih dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Robb-nya.” (QS. Al Kahfi : 110). Dalam kitab tafsirnya Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan :

﴿فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ﴾ أَيْ: ثَوَابَهُ وَجَزَاءَهُ الصَّالِحَ، ﴿فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا﴾ ، مَا كَانَ مُوَافِقًا لِشَرْعِ اللَّهِ ﴿وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا﴾ وَهُوَ الَّذِي يُرَادُ بِهِ وَجْهُ اللَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَهَذَانَ رُكْنَا الْعَمَلِ الْمُتَقَبَّلِ. لَا بُدَّ أَنْ يَكُونَ خَالِصًا لِلَّهِ، صوابُا(٦) عَلَى شَرِيعَةِ رَسُولِ اللَّهِ [ﷺ](٧) . وَقَدْ رَوَى ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ مِنْ حَدِيثِ مَعْمَرٍ، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ الجَزَري، عَنْ طَاوُسٍ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أَقِفُ الْمَوَاقِفَ أُرِيدُ وَجْهَ اللَّهِ، وَأُحِبُّ أَنْ يُرَى مَوْطِنِي. فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ شَيْئًا. حَتَّى نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: ﴿فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا﴾ .

     Beliau berkata : {فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ} "Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya." (Al-Kahfi: 110). Yakni ingin memperoleh pahala dan balasan kebaikan-Nya. {فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا} "maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih. (Al-Kahfi: 110) Yaitu segala amal perbuatan yang disepakati (mencocoki) syariat Allah. {وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا}"dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Robb-nnya. (Al-Kahfi: 110) Yakni dengan mengerjakan amal yang semata-mata hanya karena Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah syarat utama dari amal yang diterima oleh-Nya, yaitu (1) harus ikhlas karena Allah dan (2) sesuai dengan tuntunan syariat yang telah dijelaskan oleh Rasulullah ﷺ. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui hadis Ma'mar, dari Abdul Karim Al-Jazari, dari Tawus yang mengatakan bahwa ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mengerjakan banyak amal perbuatan karena menginginkan pahala Allah, tetapi aku suka juga bila amal perbuatanku terlihat oleh orang-orang." Rasulullah tidak menjawab sepatah kata pun kepadanya, hingga turunlah ayat ini, yaitu firman Allah Ta'ala :

﴿فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا﴾ .

"Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Robb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Robb-nya." (QS. Al-Kahfi: 110)


Tradisi Wajib Buwuh (Wajib Shodaqoh/Memberi Amplop Walimah) Ditinjau Syari'at Islam

     Ketika seseorang diundang dalam sebuah pesta walimah, acara tasyakkuran, dan semisalnya, maka hukum asal kita tidak membawa apa-apa, alias datang saja (dikarenakan itu adalah undangan menghadiri acara, dan bukan undangan memaksa membawa uang), maka membawa sumbangan berupa uang dalam amplop bukanlah suatu kewajiban.
Beda halnya kalau ingin memberikan hadiah (biasanya kado), itu adalah hal yang dianjurkan dalam agama. Rasulullah pernah bersabda :

تَهَادُوا تَحَابُّوا

“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai.” (Hadits hasan. HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 594).

      Adapun tradisi mewajibkan buwuhan (shodaqoh) dalam artian apabila ada orang yang tidak buwuh kemudian digunjing atau dicela melebihi tercelanya orang meninggalkan sholat wajib sholat sunnah..maka perkara tersebut tidak ada tuntunan dari Nabi dan para Shahabat bahkan menyelisihinya. Terlebih lagi jika akibatnya sering kita jumpai banyak orang yang mengeluh (bahkan sampai ada yang hutang) ataupun tidak ikhlas mengeluarkan shodaqoh (buwuh). Bahkan ada sebagian orang yang menganggap itu sebagai hutang piutang yang nantinya wajib dibayar dengan semisal.

     Mengerjakan buwuh (shodaqoh) karena manusia maka hukumnya menjadi haram. Karena diantara syarat diterima amalan adalah ikhlas karena Allah. Dalam beramal hati hendaknya ikhlas. Sedang zhohirnya hendaknya Ittiba' Nabi dan para Shahabat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami (Nabi dan para Shahabat), maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).

Tahukah Engkau Amalan Yang Disukai Imam Asy-Syafi'i di Malam dan Hari Jumat ?

  Tahukah Engkau Amalan Yang Disukai Imam Asy-Syafi'i di Malam dan Hari Jumat ? ✍🏻 قال الإمام الشافعي رحمه الله : وأحب كثرة الصلاة على...